SOLOPOS.COM - Objek wisata De Tjolomadoe, di Colomadu, Karanganyar. (De Tjolomadoe)

Solopos.com, KARANGANYAR — De Tjolomadoe menjadi salah satu venue utama Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah 2022. Di kompleks bekas pabrik gula di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar ini akan digelar pameran akbar Muktamar Muhammadiyah.

Mungkin ada yang bertanya-tanya siapa sebenarnya pemilik De Tjolomadoe? Untuk menjawabnya, kita perlu membuka kembali sejarah panjang.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Semua berawal di zaman penjajahan Belanda di tahun 1800-an. Adanya kebijakan liberalisasi perdagangan membuat pihak swasta dapat menjalankan industri gula. Ada dua perusahaan swasta yang kemudian mendirikan pabrik gula.

Mengutip artikel berjudul Tinjauan Sejarah Pabrik Gula Colomadu karya Himawan Prasetyo, dua perusahaan swasta terbesar yang mendirikan pabrik gula itu adalah Oei Tiong Ham Concern di Semarang dan KGPAA Mangkunegaran IV di Solo.

KGPAA Mangkunegaran IV mendirikan PG Colomadu (8 Desember 1861) dan PG Tasikmadu (1871), PG Kartasura, dan PG Bangka. Pada awal abad ke-20, pengelolaan industri gula berada di tangan komisi pengawas (Commissie van beheer).

Baca Juga: Haedar Nashir Buka Pameran Muktamar Muhammadiyah di De Tjolomadoe

Komisi ini terdiri atas tiga anggota, yaitu Mangkunagaran VII sebagai ketua, Bupati Patih Mangkunegaran sebagai wakil ketua, dan superintenden urusan kekayaan Mangkunegaran sebagai anggota. Pada masa penjajahan Belanda jabatan superintenden selalu dipegang Belanda.

Pada 1946 pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran dihapuskan dan disatukan dalam Dewan Pertahanan Daerah Surakarta. Dengan dihapuskannya pemerintahan Mangkunegaran, maka semua badan usaha termasuk industri gula Mangkunegaran diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia jauh sebelum adanya program nasionalisasi pada 1957.

Pada tahun 1930, Indonesia pernah mencatat rekor sebagai salah satu pengekspor gula terbesar di dunia. Namun, kejayaan tak berlangsung lama. Semenjak masa pendudukan Jepang, produksi gula mengalami penurunan dikarenakan pabrik mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja dan lahan.

Memasuki tahun 1990-an produksi gula juga mengalami penurunan. Hal ini tak lepas dari perubahan kondisi sosial masyarakat. Seiring dengan merosotnya hasil produksi dan berkurangnya lahan tanaman tebu maka pada 1 Mei 1997, Pabrik Gula Colomadu melakukan penggilingan terakhir dan berhenti beroperasi.

Baca Juga: Sambut Muktamar Muhammadiyah, Warga Colomadu Kerja Bakti di Jl Adisucipto

Sekitar 20 tahun berselang atau pada 2017 pemerintah membentuk joint venture bernama PT Sinergi Colomadu untuk merevitalisasi PG Colomadu. PT Sinergi Colomadu itu gabungan dari PT PP (Persero), PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Boko (Persero) dan PT Jasa Marga Properti.

Pada 2018 revitaliasi selesai dan PG Colomadu diresmikan dan berganti nama menjadi De Tjolomadoe. Kompleks pabrik gula tua yang diubah menjadi objek wisata baru, landmark bersejarah, dan pusat konvensi. PT Sinergi Colomadu yang mengelola De Tjolomadoe.

Kompleks De Tjolomadoe yang berdiri di lahan seluas 6,4 hektare terdiri atas area museum, aula konser Tjolomadoe, aula serbaguna Sarkara, restoran, dan toko ritel.

Bangunannya yang ikonik dan kolosal serta area parkir yang sangat luas menjadikan De Tjolomadoe menjadi lokasi yang pas untuk menggelar acara-acara besar. Apalagi lokasinya yang strategis, hanya lima menit dari Bandara Adi Soemarmo Solo di Boyolali dan dekat dengan Kota Solo, menjadikan De Tjolomadoe tempat yang ideal menggelar event akbar.

Baca Juga: CFD Colomadu 20 November Resmi Ditiadakan, PKL Diupayakan Tetap Bisa Berjualan

Sejak diresmikan, sudah tak terhitung acara besar yang digelar di bangunan tua yang direnovasi ulang tersebut. Dari konser musik, pameran, hingga acara internasional Welcoming Dinner para delegasi G20 pada Maret 2022 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya