SOLOPOS.COM - Peserta Asean Railways CEOs' Conference (Arceo) berfoto dengan latar belakang koleksi lokomotif kuno milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) di objek wisata Stasiun KA Tuntang, Kabupaten Semarang, Jateng, Kamis (20/10/2016) .(JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Industri pariwisata Indonesia masih kekurangan pemandu wisata berbahasa Mandarin.

Solopos.com, SOLO — Industri pariwisata Tanah Air mengalami kekurangan pramuwisata atau tour guide yang menguasai Bahasa Mandarin. Hal ini seiring dengan fokus pemerintah yang ingin menarik wisatawan asal Tiongkok datang ke Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Sang Putu Subaya, menyampaikan Negeri Tirai Bambu merupakan pasar pariwisata yang potensial. Hal ini karena dari 1,4 miliar penduduk Tiongkok, lebih dari 100 juta orang diantaranya berwisata ke luar negeri.

Pemerintah menargetkan minimal satu juta wisatawan mancanegara (wisman) Tiongkok ini datang ke Indonesia. Namun diakuinya pemandu wisata dalam negeri yang bisa berhasa mandarin masih minim.

“Secara nasional ada sekitar 13.800 pramuwisata kalau dibandingkan dengan target pemerintah mendatangkan 15 juta wisman tahun ini, jumlah tersebut masih kurang, terutama yang paham mengenai Bahasa Mandarin,” ungkap Putu saat ditemui wartawan di Hotel Megaland, Selasa (14/3/2017).

Dia mengatakan penambahan pemandu wisata sangat dibutuhkan setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya target kunjungan wisman oleh pemerintah. Selain itu, jumlah wisatawan tiap tahunnya juga meningkat, tidak hanya dari luar negeri tapi juga dari dalam negeri. Hal ini mengingat wisata sudah menjadi gaya hidup.

Menurut data Kementerian Pariwisata (Kemenpar), pariwisata di Indonesia kalah jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Padahal Indonesia tidak kalah indah dan jumlah objek wisata lebih beragam. Oleh karena itu, tidak hanya jumlahnya yang ditambah tapi profesionalitas dan kualitas juga harus ditingkatkan. Pemerintah pusat maupun daerah pun terus meningkatkan kemampuan pemandu wisata, khususnya bahasa melalui berbagai pelatihan.

“Pramuwisata itu merupakan citra atau image pariwisata Indonesia karena langsung berinteraksi dengan wisman sehingga profesionalitas dan kualitas harus terus ditingkatkan dan diperhatikan,” kata dia.

Peningkatan Kualitas

Oleh karena itu, Putu berharap pengurus terpilih HPI Soloraya melalui pemilihan yang diadakan di Hotel Megaland ini bisa fokus meningkatkan profesionalitas dan kualitas. Hal ini diharapkan dapat mengerek jumlah kunjungan wisman dan wisnus ke Soloraya yang kaya dengan pariwisata budaya, sejarah, dan ala mini.

Ketua HPI Jateng, Pandhu Satyabrata, menyampaikan saat ini ada 2.000 pemandu wisata dan 50% diantaranya telah tersertifikasi. Pelatihan untuk peningkatan kemampuan terus dilakukan, salah satunya adalah pelatihan Bahasa Mandarin yang diadakan Dinas Pariwisata Jateng. Dia menilai jumlah 2.000 tour guide ini masih kurang. Apalagi saat ini di Jateng mulai muncul desa wisata sehingga banyak juga dibutuhkan local guide yang sangat paham mengenai kondisi desa tersebut.

Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, mengatakan peningkatan kualitas merupakan keharusan supaya tidak kalah jika mutual recognition agreement (MRA) di kawasan ASEAN juga diberlakukan untuk pemandu wisata. Selain itu, basic knowledge juga harus ditingkatkan supaya bisa menjelaskan lebih terinci mengingat wisatawan saat ini semakin kritis yang biasanya sudah mendapat informasi melalui internet.

“Selain itu, kami juga berharap HPI bisa merangkul local guide di desa wisata atau objek wisata,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya