SOLOPOS.COM - Pasar Gede Solo. (Solopos/dok)

Solopos.com, SOLO – Kondisi pasar tradisional di Kota Solo kian memprihatinkan. Pegiat Forum Muda Visioner Solo, Guntur Wahyu Nugroho, menilai pasar tradisional di Kota Solo butuh perhatian serius Pemkot Solo.

Dia mencontohkan kondisi Pasar Triwindu yang dinilai kurang terawat. Begitu juga pasar besi tua yang sarana-prasarananya kurang memadai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Catatan dari saya yang peru ditindaklanjuti pemerintah kota (pemkot), misalnya Pasar Triwindu yang kesannya kurang terawat. Secara fisik kurang diperhatikan. Mungkin karena ketiadaan anggaran atau prioritas lain. Pasar besi tua juga sarprasnya masih kurang,” tutur Guntur Wahyu Nugroho saat dihubungi Solopos.com via telepon, Jumat (25/10/2019).

Guntur juga menyoroti pasar tradisional dengan bangunan dua lantai yang justru sepi pembeli. Sebab di beberapa pasar, kondisi lantai II malah jarang dijangkau pembeli. Dia mencontohkan Pasar Gading, Pasar Gede sebelah barat, Pasar Pucangsawit, dan kemungkinan pasar-pasar lain.

Fenomena sepinya lantai II pasar sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Pemkot Solo perlu memikirkan solusi agar aktivitas jual beli di lantai II seramai lantai bawah. “Kalau dibangun dua lantai ya bagaimana caranya bisa ramai pembeli,” imbuh Guntur Nugroho.

Jangan sampai karena sepi, para penjual akhirnya gulung tikar atau memilih tidak berjualan. Padahal mereka sangat mengandalkan pemasukan dari berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Saya dengar di Pasar Pucangsawit jual beli sepi,” urai Guntur Nugroho.

Guntur juga memberikan perhatian terhadap proses pembangunan kembali Pasar Legi yang hangus terbakar tahun lalu. Dia berharap para pedagang dilibatkan dalam proses pembuatan desain bangunan baru pasar agar benar-benar sesuai harapan.

“Pendekatan partisipatif sangat penting. Sebab yang kelak merasakan dari bangunan pasar ya para pedagang itu sendiri. Jangan sampai desain yang buat top down. Libatkan teman-teman pedagang dalam penyusunan desan bangunan baru,” sarannya.

Guntur menilai 44 pasar tradisional di Solo merupakan potensi besar yang bisa dioptimalkan pengelolaannya untuk mendorong ekonomi masyarakat. Pasar tradisional pernah menjadi primadona semasa Joko Widodo (Jokowi) menjadi Wali Kota Solo.

“Jangan-jangan para pedagang hanya semata-mata dijadikan sebagai penambah PAD. Padahal semasa Jokowi kan pasar jadi primadona. Tapi sekarang kok rasanya berkurang. Ini pemahaman saya berdasar bincang-bincang dengan pedagang,” urai dia.

Sementara itu, Ketua Ikatan Keluarga Pedagang Burung Solo, Suwarjono, berharap Wali Kota Solo yang akan datang memberikan perhatian lebih kepada 44 pasar tradisional. Sebab ribuan orang menggantungkan pendapatan dari berjualan di pasar.

“Jangan sampai ilang kumandange. Wali Kota bagaimana caranya menyemangati pasar-pasar tradisional seperti selama ini ada great sale dan sebagainya. Pak Rudy dan Pak Subagyo sudah bagus mengelola pasarnya,” terang Suwarjono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya