SOLOPOS.COM - Koordinator Interfaith Cooperation Forum, Max Ediger (tengah), didampingi Pendeta Paulus Hartono dari Forum Lintas Agama dan Golongan (kanan) dalam sarasehan di Ponpes Al Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (15/2/2013) malam.

Koordinator Interfaith Cooperation Forum, Max Ediger (tengah), didampingi Pendeta Paulus Hartono dari Forum Lintas Agama dan Golongan (kanan) dalam sarasehan di Ponpes Al Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (15/2/2013) malam.

Desa terpencil di sebuah wilayah di Myanmar awalnya tercipta hidup damai. Ada umat Kristen dan Buddha yang saling berkasih sayang dan hidup tenang berdampingan. Pada 1947, pecah perang karena konflik etnis dan politik.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Desa yang dekat aliran sungai besar itu bergolak hingga datang bala tentara memasuki daerah itu. Mereka memerintahkan seluruh warga penganut Kristen agar berganti keyakinan dan memeluk Buddha. Paksaan itu mendapat perlawanan.

Akhirnya tentara marah dan mengancam mengusir dan membakar gereja dan rumah warga kristiani. Trik memuluskan upaya itu yakni dengan cara memanfaatkan umat Buddha dan pemimpinnya.

“Para biksu diberi dua galon berisi minyak untuk membakar rumah dan gereja umat Kristen,” tutur Koordinator Interfaith Cooperation Forum, Max Ediger, dalam sarasehan di Ponpes Al Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (15/2/2013) malam.

“Kata biksu itu, satu galon akan saya pakai untuk membakar rumah dan gereja. Setelah saya kembali, silakan satu galon lagi untuk membakar vihara dan rumah umat Buddha,” lanjut cerita Max mengutip ucapan biksu. Intinya, biksu menolak melakukan pembakaran terhadap gereja dan rumah warga Kristen. “Tentara itu tidak berhasil, mereka kembali.”

Warga Amerika yang berkeliling dunia untuk menyuarakan dialog lintas agama ini melanjutkan cerita. Biksu berani mengucapkan hal itu karena merasa tidak ada yang berbeda antara umat Buddha dengan Kristen. “Hidup dan tumbuh di tanah yang sama, minum dari sungai yang sama,” ujar Ediger meniru ucapan biksu itu.

Di desa itu, perayaan keagamaan dilakukan tanpa ada hambatan. “Ini adalah pengalaman yang bagus adanya dialog lintas agama,” tutur Ediger.

Dialog berasal dari bahasa Yunani, dia dan logos. Dia bermakna “bergerak perlahan” dan logos artinya “kebenaran”. Dialog berarti proses yang bergerak secara perlahan mencari kebenaran. “Seperti kondisi di desa tadi, saya punya kebenaran, Anda pun punya kebenaran, maka akan muncul dan mengalir kebenaran yang lebih besar.”

Tujuan dari dialog adalah mempelajari kebenaran, kepribadian orang lain dan memahami bahwa perbedaan itu nyata, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk disandingkan hingga muncullah keindahan. “Kita belajar bahwa kita beda tapi beda itu indah,” ujar dia.

Sarasehan itu juga dihadiri anggota Interfaith Cooperation Forum asal Moro, Filipina Selatan, Tirmizy Abdullah. Ia menceritakan bagaimana hidup yang damai warga Moro selama ratusan tahun silam. Hingga kemudian berdatangan kapal-kapal dari Spanyol yang berlabuh.

Akhirnya muncul konflik antara pribumi yang beragama Islam dan pendatang yang non-Islam. “Kami melawan dan tetap bertahan. Karena kami suka kebebasan dan suka kebenaran,” ujar Abdullah, seusai sarasehan.

Pertentangan itu lebih condong pada motif ekonomi dan politik. Sedang agama dijadikan alat dan alasan untuk menyerang satu sama lain. Upaya rekonsiliasi dan dialog terus diupayakan untuk menjaga rasa aman satu sama lain.

Dialog itu harus ditumbuhkan bahkan mulai tingkat keluarga. Ya, keluarga adalah basis paling dasar untuk menanamkan nilai toleransi dan dialog. Saling menghargai di antara orangtua, anak, kakek, nenek dan anggota keluarga lain akan menjadi dasar yang kuat bagi anggota keluarga ketika berhubungan dengan warga lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya