SOLOPOS.COM - Juwedi. (Istimewa/Sedulur Kompak)

Solopos.com, BOYOLALI -- Usianya masih 15 tahun. Pendengarannya pun bermasalah sehingga membuatnya kerap minder saat bergaul dengan teman-temannya.

Namun, kemalangan remaja bernama Juwedi itu tak berhenti sampai di situ. Dua tahun lalu, warga Desa Ngargoloko, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, itu ditinggal pergi ayahnya, Mitro Slamet, untuk selamanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak saat itu, Juwedi yang tidak tamat SD harus menanggung beban menjadi tulang punggung keluarga. Juwedi harus membanting tulang membantu ibunya, Sutinem, menafkahi keluarga.

Juwedi memiliki empat adik, dua di antaranya masih balita. Juwedi bekerja apa saja untuk membantu sang ibu.

Jenazah Berpakaian Pengantin Bawa Boneka di Bong Mojo Solo Bikin Merinding

“Kerja apa saja, jadi buruh serabutan, mengaspal jalan, sampai jadi buruh panen tembakau kalau musimnya tiba,” tutur Juwedi kepada Solopos.com, belum lama ini.

Penghasilannya pun tak menentu, kadang bisa sampai Rp50.000 tapi kadang cuma Rp5.000. Tawaran pekerjaan itu pun tak datang setiap hari.

5 Kebiasaan Buruk yang Bikin Smartphone Cepat Rusak

Salah satu kesulitannya adalah Juwedi tidak lancar membaca dan menulis sehingga pekerjaan yang bisa dilakukan pun hanya menjadi buruh kasar. Remaja laki-laki itu kini tinggal di Ngargoloko bersama ibu dan dua adik perempuannya yang terakhir.

Adiknya yang pertama dan kedua yang mulai beranjak remaja tinggal di yayasan panti sosial di Boyolali. Rumah itu hanya berukuran 7 meter x 11 meter. Atapnya tanah dan dinding berupa anyaman bambu dan papan.

Tak Cuma Bikin Relaks, Teh Juga Tingkatkan Fungsi Otak

Atapnya reyot dengan genting penuh lumut. Rumah itu hanya terdiri atas ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang keluarga, ditambah tempat tidur dan kamar mandi tanpa kakus.

Belasan tahun hidup di rumah tak layak, kabar gembira datang bagi keluarga Juwedi. Beberapa pekan lalu, sejumlah komunitas sosial berinisiatif merenovasi rumahnya.

Kuota Lowongan CPNS Sragen 2 Kali Lipat Dari Usulan, Kok Bisa?

Rumah semi permanen itu kini tengah dalam proses pembangunan.

“Kami mengumpulkan uang hingga mencapai Rp80 juta, beberapa komunitas bahkan memberi sumbangan dalam bentuk barang,” tutur ketua komunitas Sedulur Kompak, Budi Yono, Kamis (24/10/2019).

Pikap Angkut 27 Santri Terbalik di Polokarto Sukoharjo

Sedulur Kompak menjadi koordinator komunitas dalam pelaksanaan bedah rumah keluarga Juwedi. Selain itu juga terlibat komunitas-komunitas lain seperti Laskar Ampel, Gerakan Nasi Jumat (GNJ), dan Pemuda Pencinta Motor Klasik.

“Harapannya Juwedi dan keluarga segera mendapatkan tempat tinggal yang layak,” imbuh Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya