SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam Fragmen The Legend of Hou Yi and Chang E yang dipentaskan dalam Festival Tiong Ciu di Kelentheng Poncowinatan, Rabu (4/10/2117) malam. (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Hujan tak menghentikan kemeriahan perayaan Festival Tiong Ciu di Klenteng Poncowinatan, Rabu (4/10/2017)

Harianjogja.com, JOGJA- Hujan tak menghentikan kemeriahan perayaan Festival Tiong Ciu di Klenteng Poncowinatan, Rabu (4/10/2017). Atraksi barongsai dari Perkumpulan Budi Abadi atau Hoo Hap Hwee tetap menarik perhatian masyarakat yang menonton festival ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati hujan deras mengguyur Klenteng tertua di Jogja ini, masyarakat tetap menyambut meriah atraksi liong Hoo Hap Hwee.

Setiap tahunnya, perayaan yang juga dikenal dengan nama Festival Zhong Qiu Jie ini selalu dinanti masyarakat, tidak hanya warga Tionghoa tetapi juga masyarakat di sekitar Klentheng Tjen Ling Kiong, serta sejumlah turis asal Tiongkok dan beberapa negara lainnya.

“Perayaan ini adalah salah satu ajang berkumpulnya keluarga, bersyukur sambil menikmati kue bulan,” ujar Ketua Pelaksana Festival Tiong Ciu, Thomas Santoso.

Perayaan ini digelar setiap tanggal 15 bulan 8 kalender Tiongkok. Mengusung tema Kebersamaan dalam Keberagaman, festival ini menyajikan keberagaman masyarakat yang menyambut meriah acara ini.

Kebersamaan tersebut tampak dalam acara makan bersama yang selalu disajikan Jogja Chinese Art and Culture (JCACC) selaku penyelenggara festival ini. Warga pun tumpah ruah dalam acara makan bersama meski hujan deras mengguyur.

“Sebanyak kurang lebih 600 pack makanan disediakan untuk warga masyarakat yang hadir di festival ini,” ujar Fantoni, salah satu tokoh Tionghoa Jogja.

Selain atraksi barongsai, puluhan muda mudi Tionghoa, serta warga Tionghoa dari berbagai paguyuban dan Ikatan Koko Cici Jogja, juga turut andil dalam kemeriahan festival ini.

“Tahun ini, fragmen Dewi Bulan memang ditampilkan secara istimewa. Di mana partisipasi semua paguyuban Tionghoa Jogja beramai-ramai memeriahkan festival Tiong Ciu tahun ini,” imbuh Thomas.

Seusai hujan berhenti, penampilan fragmen The Legend of Hou Yi and Chang E menjadi puncak dari festival ini. Warga pun kembali menyambut antusias penampilan kisah cinta Dewi Bulan yang dikemas dengan balutan musikalitas serta tarian khas Tiongkok yang ditampilkan dari Paguyuban Fu Qing, Hakka dan beberapa paguyuban lainnya.

“Acaranya bagus dan menarik. Meski hujan, tapi untung hujan cepat berhenti,” ungkap Dewi, salah satu pengunjung.

Acara ini juga menampilkan lelang beberapa benda yang dianggap membawa keberuntungan bagi warga etnis Tionghoa. Salah satu yang spesial yakni kue bulan yang didatangkan langsung dari Tiongkok.

Adapun paguyuban yang turut memeriahkan acara ini di antaranya  Warga Tionghoa Bhakti Putera Jogja, Perhimpunan Warga Cantonese Yogyakarta (Perwacy), Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Perkumpulan Budi Abadi (PBA/Hoo Hap Hwee, Paguyuban Mitra Masyarakat Yogyakarta (Pamitra), Yayasan Bhakti Loka, Paguyuban Hakka, Perhimpunan Fu Qing, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) DIY, Paguyuban Alumni Sekolah Tionghoa Indonesia (PASTI) DIY, Yayasan Persaudaraan Masyarakat Jogja (YPMJ), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) DIY, Hin An Hwee Koan dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) DIY, serta sejumlah tokoh masyarakat etnis Tionghoa dan para pemerhati budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya