Di Solo, Pasokan Daging Sapi Turun Hingga 50%

Ilustrasi daging sapi (Foto: Dokumentasi/JIBI/Bisnis)

SOLO—Seperti halnya di daerah lain, pasokan sapi di Kota Solo mulai berkurang sekitar 50%. Kalangan pedagang daging sapi mulai kesulitan mendapatkan stok sapi untuk dijual ke pasar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kelangkaan ini berdampak pada kenaikan harga jual daging sapi di pasaran. Pemilik usaha potong sapi Lembu Katon Jagalan, Antonia Srihayu, menyampaikan kelangkaan sapi di Solo dan sekitarnya ini sudah dirasakan sejak September lalu.

“Penyebabnya adalah sapi yang gemuk-gemuk sudah banyak dikirim ke Sumatra dan Jakarta. Pedagang dari Sumatra bahkan Jakarta lebih senang membeli sapi ke daerah karena harganya bisa lebih murah Rp1juta hingga Rp2 juta per ekor,” kata Srihayu, saat ditemui wartawan, di kediamannya, Senin (19/11/2012).

Saat ini, Lembu Katon hanya bisa memotong tiga hingga empat ekor sapi per hari. Sebelum terjadi kelangkaan, dia bisa memotong tujuh hingga delapan ekor sapi.

“Dulu saya punya stok 150 ekor sapi, tapi sekarang sudah habis. Sekarang kalaupun punya stok 20 ekor itu belinya sudah mahal sekali. Seperti sapi metal dan ceroris bisa mencapai Rp18 juta per ekor.”

Kelangkaan sapi, kata dia, telah mengerek harga jual daging sapi. Harga daging sapi naik dari harga normal Rp60.000 per kilogram menjadi Rp75.000 per kilogram. Srihayu menjaga agar harga daging sapi tidak terus naik. Karena jika terus naik, dia khawatir ditinggal pelanggan.

Kenaikan harga ini sudah terasa sejak sebulan terakhir. Sebagai pengusaha, dia meminta agar kran impor sapi dari Australia kembali di buka. “Karena salah satu penyebabnya itu. Kalau pun tidak dari Australia, bisa dari Nusa Tenggara, di sana kan banyak sapi.”