SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di depan gedung Ngestidarmo di Cokro Kembang, Daleman, Tulung, Klaten, Jumat (28/2/2020). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, SOLO -- Di lokasi Pasar Cokro di Dukuh Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, dulunya berdiri pabrik gula di zaman penjajahan Belanda.

Waktu itu pabriknya bernama De Suiker Fabriek Tjokro Toeloeng alias Pabrik Gula (PG) Cokro Tulung. Pabrik Gula Cokro dibangun sekitar tahun 1840.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selain membangun pabrik gula, pemerintahan Belanda waktu itu juga membangun berbagai fasilitas pendukung. Hal itu seperti rumah dinas untuk administratur alias pengelola Pabrik Gula Cokro.

Hajatan New Normal di Karanganyar Bakal Didampingi Satpol PP

Ekspedisi Mudik 2024

Rumah dinas itu berada di sebelah barat Pasar Cokro Tulung. Saat ini digunakan warga setempat sebagai gedung serbaguna, yakni Gedung Ngestidarmo.

Di samping itu, Belanda juga membangun gudang tebu di bagian timur pasar. Saat ini, gudang tersebut berada di lahan SD negeri di pinggir Jalan Cokro-Wangen.

Pemerintah Belanda juga membangun rel menuju ke kawasan Delanggu yang waktu itu terdapat PG Delanggu. Di Cokro bagian utara, terdapat loji yang juga diperuntukkan bagi orang-orang Belanda.

Bupati Sragen Waspadai Penularan Covid-19 Lewat Transmisi Lokal

Pabrik Gula Cokro mengalami kehancuran saat berlangsung penjajahan Jepang. Waktu itu, Jepang menghancurkan PG Cokro dengan cara dibom dari Delanggu. Setelah hancur, tentara Jepang baru masuk ke kawasan Cokro guna menguasai aset yang ditinggalkan Belanda.

“Cerita dari orang tua di sini seperti itu. Sempat juga, warga ngrayah gula yang ditinggalkan orang Belanda itu [sebelum tentara Jepang datang ke Cokro],” kata salah satu tokoh masyarakat masyarakat di Cokro Kembang, Danang Heri Subiantoro, saat ditemui , Jumat (31/1/2020).

Terowongan Bawah Tanah

Sisa-sisa peninggalan Pabrik Gula Cokro kali terakhir yang dapat dilihat secara kasat mata, yakni terowongan PG Cokro. Terowongan tersebut saat ini terpendam di dalam tanah di bawah rumah warga.

“Kalau diturut, salah satu pangkal dari terowongan ini mengarah ke Pasar Cokro yang dahulunya PG Cokro. Belum diketahui pasti, terowongan ini sebagai drainase pembuangan limbah tebu atau sebagai bungker. Yang jelas muaranya ke Sungai Pusur. Puluhan tahun lalu, warga banyak yang bermain di dekat mulut terowongan itu. Di Sungai Pusur di dekat mulut terowongan sering dijadikan tempat bermain, ngguyang kerbau, dan mandi,” katanya.

Penting! Ini Tips Belanja Aman di Pasar Agar Terhindar dari Corona

Pasar Cokro yang menempati di bekas lahan Pabrik Gula Cokro dikenal sebagai pasar percontohan nasional. Pasar yang rampung direnovasi tahun 2012 itu menelan anggaran senilai Rp7 miliar.

Luas Pasar Cokro berkisar satu hektare. Berbagai fasilitas di pasar ini, seperti sembilan kamar kecil, puluhan alat pemadam api ringan (APAR), dan lainnya. Di pasar ini terdapat 45 kios dan 13 los.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya