Solopos.com, SEMARANG — Jaka Tingkir pada akhirnya menjadi raja di Kesultanan Demak dengan menyandang gelar Sultan Hadiwijaya. Tanah Pati dan Mataram ia berikan kepada orang yang menghabisi Arya Penangsang. Namun, di tanah Mataram itu pula, anak tiri Jaka Tingkir sendiri melakukan pemberontakan.
Sesaat setelah ia diangkat menjadi seorang pemimpin Kesultanan Demak, pusat pemerintahan di pindah ke Pajang. Ki Panjawi yang membantu menghabisi Arya Penangsang juga diberi tanah Pati.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Namun, Ki Ageng Pemanahan yang ikut membantu menghabisi Arya Penangsang tidak segera diberi tanah Mataram. Tahun sudah berlalu, Ki Ageng Pemanahan juga merasa sungkan untuk menagih janji sang raja.
Kota Semarang Belum Akan Buka Car-Free Day
Seperti yang dihimpun Semarangpos.com dari Youtube channel Dongeng Kita, Selasa (16/6/2020), ternyata Sultan Hadiwijaya mendapat sebuah ramalan dari Sunan Prapen. Lelaki tua itu meramalkan sebuah kerajaan besar yang akan menandingi kesultanan.
Itulah yang membuat Jaka Tingkir merasa was-was. Karena tak mendapat jalan tengah, datanglah Sunan Kalijaga yang saat itu pernah menjadi guru dari kedua belah pihak. Ia mengatakan jika Sultan Hadiwijaya harus menepati janji yang ia buat.
Barulah Jaka Tingkir sadar dan langsung memberikan tanah Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Ia juga merasa tenang lantaran yang akan menggantikan Kesultanan Pajang adalah kerabatnya. Ki Ageng Pemanahan diberi gelar Ki Ageng Mataram.
Undip Jamin UTBK SBMPTN Aman dari Covid-19
Tak lama setelah memimpin Mataram, Ki Ageng Pemanahan wafat. Sutawijaya alias sang anak menggantikan posisi ayahnya. Pemuda gagah itu juga seorang anak angkat Jaka Tingkir saat masih menjadi Bupati Pajang.
Gelagat Pemberontakan
Sutawijaya diberi kebebasan untuk tidak menengok Sultan Hadiwijaya selama satu tahun. Namun, setelah bertahun-tahun, ia tetap tidak berkunjung ke istana. Melihat hal itu, Jaka Tingkir lantas mengutus kerabatnya Ki Wila dan Ki Wuragil untuk menengok Mataram.
Kedua teman Jaka Tingkir itu mengetahui gelagat Sutawijaya yang ingin memberontak. Namun karena kebaikan hati mereka, dengan sabar mereka berdua malah memberi tahu Sultan Hadiwijaya tentang perkembangan Mataram.
Status Cagar Budaya Omah Kapal Kudus Tanpa Manfaat
Waktu terus berlalu dan Mataram berkembang secara pesat. Sultan Hadiwijaya langsung mengutus sang putera mahkota alias Pangeran Benowo, Patih Mancanegara, dan Bupati Tuban Arya Pamalat untuk berkunjung ke Mataram.
Pesta yang meriah menyambut ketiga utusan Sultan Hadiwijaya itu. Namun, sepulangnya mereka dari Mataram, diam-diam Arya Pamalat menemui sang raja. Ia menyampaikan pesan jika Sutawijaya memiliki sifat yang buruk dan memiliki keinginan memberontak.
Apa yang akan dilakukan Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir terhadap pemberontakan sang anak tiri alias Sutawijaya?
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya