SOLOPOS.COM - Jurnalis Solopos.com Kurniawan (kedua dari kiri) ketika bersua dengan Nunggal (kiri) dan sejumlah panglima perangnya di Gondhez's dan koleganya, belum lama ini. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO -- Kelompok Gondhez’s pernah mencapai masa kejayan dalam dunia gangster saat mengelola bisnis perjudian Capjikia dengan wilayah operasi Solo, Karanganyar, dan sekitarnya.

Bisnis itu beroperasi sekitar 1999 hingga 2005. Usaha itu tutup ketika Kapolri Jenderal Pol Sutanto yang mulai menjabat pada Juli 2005 gencar melarang praktik perjudian. Namun kurun waktu enam tahun beroperasi, kelompok yang lebih akrab dengan singkatan GDZ’s ini sudah meraup untung sangat besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat berbincang dengan Solopos.com pada Sabtu (15/8/2020) lalu, pimpinan Gondhez’s, Nunggal, mengonfirmasi informasi tersebut. Menurut dia, kala itu pengelola bisnis perjudian capjikia adalah kelompok Singo Lawu yang merupakan bagian dari organisasi Gondhez’s Solo.

Jelang Pendaftaran Calon, PKB Satu-Satunya Parpol Parlemen Sukoharjo Yang Belum Keluarkan Rekomendasi

“Dulu seluruh anggota Gondhez’s saya ajak kerja sama mengelola bisnis itu. Semua panglima-panglima saya kerja semua. Mulai dari struktur dari tambang yang melayani pembeli, pengepul, hingga pusatnya Singo Lawu. Omzetnya besar sekali,” ujarnya.

Dalam satu kali 'bukaan' perjudian itu, Singo Lawu bisa meraup omzet mencapai Rp400 juta. Padahal dalam sehari bisa sampai tujuh kali 'bukaan'. “Yang membuat dulu kelompok Gondhez’s semakin besar salah satunya ya dari bisnis itu,” sambung Nunggal.

Setelah berakhirnya era judi capjikia oleh Singo Lawu, Gondhez’s Solo mulai menggeser bisnis mereka ke perjudian sepak bola. Kendati omzet dari bisnis judi bola ini tak sebesar perjudian capjikia, tapi uang taruhan Gondhez’s saat itu juga terbilang besar.

Kisah Gondhez's dan DMC Solo: Dulu Sering Bentrok, Kini Saling Menjaga

Judi Bola

Gondhez’s menjalankan bisnis judi bola sekitar 2006 hingga 2010. “Omzetnya bisa mencapai Rp300 juta hingga Rp400 juta per pertandingan bola. Pas pertandingan hari Sabtu uang taruhannya bisa Rp400 jutaan, kalau hari Minggu Rp350 jutaan,” urainya.

Selain pertandingan sepak bola pada akhir pekan, ketika itu ada juga pertandingan pada pertengahan pekan. Sedangkan pertandingan sepak bola yang masuk ajang perjudian yaitu berbagai liga kelas dunia, seperti liga negara-negara Eropa serta turnamen internasional.

Ihwal aktivitas bisnis Gondhez’s Solo kala itu yang cenderung melanggar hukum, Nunggal menjawab spontan sembari tersenyum. “Lah bisa kerjanya cuma dari situ dulu,” katanya.

Menguak Kehidupan Gangster Solo: Inilah Preman Paling Ditakuti Selama 36 Tahun Terakhir!

Kini dengan usianya yang sudah paruh baya, Nunggal menekuni bisnis jual beli burung. Ia memelihara burung di rumahnya yang setiap pagi ia bersihkan dan beri makan.

Sesekali ia juga mengikuti kontes atau lomba burung Soloraya. “Sekarang saya ngopeni manuk. Sama kadang nengok dua cucu saya yang tinggal di Kelurahan Mojosongo,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya