SOLOPOS.COM - Ilustrasi komoditas perdagangan cabai rawit (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com, WONOGIRIPetani cabai di Kismantoro, Wonogiri ada dua macam, yakni petani cabai militan dan kagetan. Di sisi lain, beberapa petani cabai di Wonogiri sempat memilih menanam porang karena dinilai lebih prospektif.

Penyuluh Pertanian di Kecamatan Kismantoro, Widodo, mengaku telah memantau kondisi penanaman komoditas cabai di wilayahnya. Hasilnya, kabar gagal panen cabai yang terjadi di Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Juni 2022 dianggap tak sepenuhnya benar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di daerah tersebut diakui terdapat gagal panen namun jumlahnya tak sampai setengah hektare (ha). Jumlah petani di Ngroto, Kismantoro, juga tak banyak.

Ekspedisi Mudik 2024

“Hanya beberapa yang masih menanam cabai, tidak sampai puluhan orang. Terkait gagal panen seluas 1/2 ha itu saya kira hal yang wajar, tidak begitu masalah [jumlah petani cabai terbanyak di Kismantoro berturut-turut berada di Bugelan, Ngroto, dan Pucung],” kata Widodo, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (22/7/2022).

Widodo mengatakan banyak petani yang mulai meninggalkan komoditas cabai di Desa Ngroto akhir-akhir ini. Para petani lebih memilih menanam porang karena harga jualnya sempat tinggi sebelum merosot akhir-akhir ini.

Baca Juga: Pedagang Wonogiri Sebut Kenaikan Harga Pangan Tak Wajar

“Kalau dikalkulasi ada penurunan sebesar 40 persen jumlah petani cabainya. Ada dua tipe petani di Desa Ngroto. Pertama, ada yang memang petani cabai militan, yaitu mereka yang tetap menanam cabai mau bagaimanapun kondisinya. Kedua, ada yang menjadi petani cabai kagetan. Biasanya saat harga cabai merosot, petani jenis kagetan ini memilih meninggalkan cabai,” tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Petani Cabai Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Suratno, menyebutkan lahan pertanian di Kecamatan Kismantoro luasnya mencapai ratusan hektare. Dari jumlah luas lahan tersebut, mayoritas ditanami komoditas cabai. Sekitar 70 persen tanaman cabai di antaranya mengalami gagal panen.

Fenomena itu erat dipengaruhi kondisi cuaca di luar prediksi petani. Akibat cuaca itu, akar-akar tanaman cabai yang terlalu banyak terkena air berakibat layu. Kelembaban tanah yang tinggi memicu serangan jamur patek.

Baca Juga: Pedagang Wonogiri Sebut Kenaikan Harga Pangan Tak Wajar

Suratno tak mengetahui jumlah pasti berapa tanaman cabai yang gagal panen pada periode Juni-Juli 2022 ini. Ia hanya menyebut, dari puluhan petani menanam cabai yang sukses panen dapat dihitung jari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya