SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JAKARTA &mdash;</strong> Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (<a href="http://semarang.solopos.com/read/20180629/515/925066/mendikbud-segera-terbitkan-peraturan-tentang-smk-blud">Mendikbud</a>) Muhadjir Effendy terkagum-kagum melihat pendidikan pemrograman sudah diajarkan sejak tingkat sekolah dasar (SD) di Jepang.</p><p>Muhadjir berpikir untuk menerapkannya dalam pembelajaran tingkat dasar di Indonesia. Dilansir <em>Antara,</em> Senin (27/8/2018), Muhadjir mengemukakan pemikirannya setelah menerima kunjungan Menteri Pendidikan Kebudayaan Olahraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang Yoshimasa Hayashi untuk pembaruan kerja sama kedua negara di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin.</p><p>"Saya juga berpikir sudah waktunya belum kita menerapkan itu, terutama dalam level <em>primary school</em> [sekolah dasar]. Di Jepang Pak Menteri menyampaikan programmer sudah dimulai di elementary school [sekolah dasar]. Jadi SD sudah diajari <em>programmer</em>, untuk memprogram, ini luar biasa," kata Muhadjir seusai mengadakan pertemuan tertutup dengan Menteri Yoshimasa.</p><p>Namun, dia menyadari masih ada tantangan untuk menerapkannya di sekolah-sekolah dasar Indonesia, salah satunya permintaan kalangan tertentu agar anak-anak tidak diperkenalkan gawai pada usia dini. "Di Indonesia ini masih dilematis, malah ada yang meminta anak-anak jangan dikenalkan <a href="http://teknologi.solopos.com/read/20170501/484/813819/samsung-bikin-aplikasi-pemantau-gadget-anak"><em>gadget</em></a> sejak dini, dibatasi. Kita harus bicara dulu untuk bisa membuat terobosan seperti Jepang," ujar <a href="http://news.solopos.com/read/20180712/496/927457/sistem-zonasi-sekolah-banjir-kritik-ini-pembelaan-mendikbud">Mendikbud</a>.</p><p>Generasi muda harus dipersiapkan sejak dini supaya mampu menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.</p><p>"Mestinya kita harus lebih terbuka untuk menyiapkan generasi muda, terutama dalam menghadapi ekspansi teknologi komunikasi. Tidak mungkin kita mem-<em>protect</em> anak kita, tidak mungkin. Yang bagus kita memberikan semacam kekebalan, imun terhadap efek negatif dari teknologi komunikasi," ujar dia.</p><p>Bangsa Indonesia mempunyai pilihan untuk membatasi kontak anak dengan perangkat teknologi informasi seperti gawai guna menghindarkan mereka dari konten-konten negatif. Namun, ia menambahkan masyarakat Indonesia juga mempunyai pilihan lain yang lebih baik bagi pengembangan kemampuan anak, yakni mendorong mereka mengenal teknologi informasi. Caranya memberikan perlindungan terhadap efek negatif teknologi, seperti membimbing anak-anak menggunakan teknologi secara bijaksana.</p><p>"Ini memang dilema, kalau kita terus memberikan proteksi kepada mereka sementara mereka mendapatkan peluang kapan saja, kita tidak mungkin mengawasi anak-anak kita," tutur dia.</p><p>Jepang sudah sangat terbuka terhadap kecanggihan teknologi komunikasi. Di Jepang, Muhadjir menuturkan teknologi informatika bukan cuma mata pelajaran, namun menjadi bagian dari metode pembelajaran.</p><p>"Karena IT itu adalah alat, bukan ilmu. Lebih didekati sebagai alat pembelajaran, terutama untuk yang disebut Menteri [Yoshimasa] tentang student <em>active learning</em> yang sebetulnya sekarang kita promosikan," ujar dia.</p><p></p>

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya