SOLOPOS.COM - Sebuah batu berukuran besar yang diduga sebagai nisan pimpinan prajurit putri pengikut Pangeran Mangkubumi di kompleks wisata sejarah Gua Mangkubumi di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Rabu (20/10/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang mantan Kepala Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen, Giyanto, 66, menyampaikan banyak kisah yang menyelimuti Gua Mangkubumi. Kisah-kisa itu sebagian belum tertulis dalam buku-buku sejarah yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen.

Salah satunya seperti yang ia kisahkan kepada Solopos.com yang menemuinya di kawasan Gua Mangkubumi, Rabu (20/10/2021). Pria yang dianggap sebagai sesepuh desa itu mengisahkan suatu saat Pangeran Mangkubumi keluar dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat karena tidak cocok dengan kompeni alias pemerintah kolonial Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pangeran Mangkubumi memulai perlawanan terhadap kompeni dari Pandak Karangnongko di wilayah Desa Krikilan, Masaran. Untuk alasan keamanan, kata Giyanto, Pangeran Mangkubumi bersembunyi di wilayah Gebang Kota ini.

Baca Juga: Warga 2 RT Sulap Gua Mangkubumi Sragen Jadi Objek Wisata Sejarah

Ekspedisi Mudik 2024

“Di gua itulah Pangeran Mangkubumi sembunyi. Sang Pangeran tinggal di Gebang Kota ini cukup lama karena ada pengikutnya. Di sebelah timur gua itu terdapat bukit yang di bagian atasnya digunakan untuk permakaman khusus prajurit pengikut Mangkubumi. Ada 21 orang prajurit yang konon ceritanya merupakan prajurit putri atau perempuan,” ujar Giyanto.

Dia menerangkan salah satu prajurit putri itu diketahui bernama Nyi Tuginah Wiro Atmojo yang diduga sebagai putri Tumenggung Wiro Atmojo. Prajurit putri itu, disebut Giyanto, memiliki pangkat panglima dan kemungkinan sebagai pimpinan prajurit karena nisannya ditandai dengan batu besar yang berada di luar kompleks makam.

“Saat dibersihkan, di bawah batu besar itu ada tanah yang gembur seperti bekas kuburan. Batu itu sampai sekarang masih berada di pinggir jalan karena tidak bisa dipindahkan,” ujar Giyanto.

Baca Juga: Terungkap, Kronologi Pelajar SMP Meninggal Tertimpa Pohon di Sragen

Selain kisah prajurit Pangeran Mangkubumi, Giyanto juga ingat dulu ditemukan empat arca di sekitar Gua Mangkubumi. Arca itu ada yang sudah tertimbun akar, ada yang rusak, dan ada yang diambil ke Solo pada zaman dulu.

“Arcanya berupa sosok orang yang sedang duduk dengan posisi tangan menengadah seperti orang berdoa,” ujar warga setempat.

Tertutup Pohon Beringin

Seperti diberitakan sebelumnya, Para warga di RT 011 dan RT 012, RW 005, Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen, tengah merintis desa wisata. Mereka gotong-royong membuka kembali gua yang konon digunakan sebagai tempat persembunyian Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I saat Perang Mangkubumen 1749-1757.

Baca Juga: Islamic Center Senilai Rp3 Miliar Dibangun di Sragen, di Sini Lokasinya

Ada dua gua yang dibuka. Sebelumnya gua itu tertutup akar pohon beringin. Gua-gua itulah yang akan menjadi magnet dari  objek wisata sejarah yang rencananya dibuka untuk umum pada Minggu (24/10/2021).

Selama sebulan terakhir warga dua RT tersebut bergotong-royong membersihkan kawasan wisata itu secara bergilir setiap hari. Inisiasi membuka gua yang semula tertimbun akar-akar pohon beringin selama puluhan tahun itu dilakukan secara swadaya.

Warga memanfaatkan batang bambu yang ditumpuk di pinggir sungai Kedung Gedang untuk akses pengunjung. Dari situ pengunjung nantinya bisa menyaksikan gua yang dikenal dengan nama Gua Mangkubumi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya