SOLOPOS.COM - Boyko Borisov/JIBI/Kabar24

Boyko Borisov/JIBI/Kabar24

SOFIA—Di tengah semakin maraknya aksi protes yang diwarnai kekerasan melawan mahalnya tarif listrik di negeri itu, Perdana Menteri (PM) Bulgaria Boiko Borisov mengundurkan diri pada Rabu (20/2/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aksi unjuk rasa bergulir di Bulgaria setelah pemerintah menetapkan tarif listrik yang tinggi dan berbagai kebijakan pengetatan anggaran. Kebijakan hemat anggaran publik di Bulgaria juga dilakukan di banyak negara di Uni Eropa pasca krisis hutang pada akhir 2009.

Sebagian besar rakyat Bulgaria sangat berkeberatan dengan mahalnya biaya energi, monopoli listrik, rendahnya standar hidup, dan korupsi yang terjadi di negara anggota Uni Eropa paling miskin tersebut.

Sekitar 10.000 orang mengadakan unjuk rasa di beberapa wilayah sejak Minggu sambil meneriakkan “Mafia” dan “Mundur”. Sebagian besar dari demonstrasi tersebut berakhir dengan kericuhan.

Perdana Menteri Boiko Borisov telah mencoba untuk menghentikan protes dengan memberhentikan menteri keuangan, berjanji untuk mengurangi tarif listrik, dan juga menghukum perusahaan-perusahaan asing. Namun langkah tersebut gagal meredakan kekecewaan.

“Saya tidak akan menjadi bagian dari pemerintah di mana para polisi memukuli rakyat,” kata Borisov saat mengumumkan pengunduran dirinya pada Rabu (20/2). Parlemen sendiri diperkirakan akan menerima pengunduran diri Borisov pada Rabu (20/2)malam.

Dengan sistem parlementer, Borisov dapat membentuk kabinet baru dengan menggunakan partai GERB yang dominan di parlemen sebagai kendaraan politik. Jika dia gagal, maka pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada Juli akan dimajukan.

Popularitas GERB sebelumnya menanjak sampai akhir tahun lalu karena kebijakan penghematan yang dilakukan di Bulgaria tidak se-ekstrim negara Eropa lain. Namun dalam jajak pendapat terakhir, partai oposisi Sosialis semakin mendekat dengan GERB.

Banyak warga Bulgaria yang frustasi dengan tingkat pengangguran yang mencapai 11,9% dan rata-rata pendapatan yang hanya US$550 per bulan. Kemarahan tersebut mencapai titik tertinggi ketika tagihan listrik (yang dibutuhkan untuk penghangat ruangan) melonjak selama musim dingin.

Pemerintah menaikkan tarif listrik–yang secara politis sensitif karena berdampak pada kelas menengah ke bawah–sebesar 13% pada Juli, namun dampak dari kebijakan tersebut tidak terasa sampai rumah tangga di Bulgaria mulai menggunakan listrik untuk memanaskan ruangan selama musim dingin.

“Pengunduran diri adalah satu-satunya langkah yang bertanggung jawab, langkah tersebut juga membuat karir politik Borisov tidak berhenti sampai di sini,” kata analis dari Gallup International Kantcho Stoychev.

Borisov sebelumnya mengatakan bahwa izin distribusi listrik untuk perusahaan CEZ yang berasal dari Ceko akan dicabut. Rencana kebijakan itu dapat membuat ketegangan Bulgaria dan Republik Ceko meningkat karena 70% saham CEZ dimiliki negara.

Pemerintah Ceko sebelumnya sudah bersitegang dengan Albania, yang melakukan tindakan sama dengan Bulgaria pada bulan lalu. Perdana Menteri Ceko Petr Necas mengatakan bahwa rencana kebijakan Bulgaria sangat bernuansa politis dan telah meminta penjelasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya