SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR -- Di balik manisnya durian, ada nyawa yang dipertaruhkan. Itulah yang dihadapi Yudihartanto, warga Gerdu, RT 001/RW 001, Genengan, Jumantono, Karanganyar.

Pekerjaannya sebagai tulang menali atau mengingat durian membuat Yudihartanto harus menantang maut. Seperti yang dilakukannya, Senin (13/1/2020) sore itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia saat itu mendapatkan pesanan dari salah seorang pengepul untuk menali durian di pohon.

Dengan membawa tambang dan beberapa gulungan tali rafia dia sampai di salah satu kebun durian di Jumantono, Senin sore.

Dengan cepatnya dia membawa tali tambang berwarna putih naik pohon dan menalinya di batang sebagai alat bantu memanjat.

Dia juga membawa tongkat dan tali rafia yang akan digunakan untuk menali buah durian.

Ekspedisi Mudik 2024

Kisah Kelam PSK: Melayani saat Mens

Pria yang akrab dipanggil Tanto ini dengan sangat cekatan melakukan pekerjaannya lantaran sudah delapan tahun melakoni pekerjaan musiman tersebut.

Meskipun buah durian yang akan ditali berada di ranting yang terlihat kecil, dia berani memanjatnya tanpa takut akan jatuh.

Padahal, dia melakukannya tanpa mengenakan atribut pengaman sama sekali.

Kisah Darmolam, Warga Sragen Perintis Pasar Ular di Ngadirojo Wonogiri

Dia mengaku sudah terbiasa melakukannya sehingga tidak merasakan ketakutan.

“Sudah biasa, memang sejak kecil saya itu suka memanjat [pohon]. Jadi memang tidak khawatir jatuh. Sudah bisa mengira-ira kalau dahannya kuat untuk dijadikan tumpuan,” kata dia sembari menali buah di pohon.

Saking cepatnya, pria berambut gondrong ini mengaku dalam sehari bisa menali sekitar 100 buah durian.

Karena kecekatannya itulah, dia menjadi salah satu penali durian yang kerap dipanggil untuk membantu para pengepul yang membutuhkan jasanya.

Momen tersebut dimanfaatkannya untuk mendapatkan pundi-pundi uang yang lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.

Tanto dibayar Rp200.000 per hari untuk menali buah durian yang ada di kebun-kebun.

Bayaran itu naik 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp100.000 per hari.

Rizky Febian Restui Sule Nikah Lagi Asal Dibelikan Gucci

Hal ini lantaran besarnya risiko yang dihadapi saat bekerja sebagai penali durian.

“Baru tahun ini naik. Karena memang risikonya kan besar. Kalau jatuh bahaya. Padahal yang pesan jasanya tinggal terima jadi. Makanya sekarang ini sewa jasa penali durian naik jadi Rp200.000,” kata dia.

Dibawa ke Mapolda Jateng, Kanjeng Ratu Keraton Agung Sejagat Menangis

Beberapa kendala yang dialami menurutnya adalah pohon-pohon durian yang relatif besar dan tingginya bisa mencapai 30 meter.

Apalagi ketika musim hujan, dia sangat waswas melakoni pekerjaannya lantaran dahan menjadi licin dan rawan terpeleset.

Bulan ini saja sudah ada tiga kejadian penali durian jatuh yang berujung patah tulang atau bahkan meninggal dunia.

Heboh Kerangka Manusia di Rumah Kosong, Padahal Tak Pernah Ada Bau Busuk

“Nanti kalau hujan deras saya putuskan istirahat dulu. Kalau cuaca membaik lanjut lagi. Saya tidak mau berspekulasi karena bahaya. Untungnya selama delapan tahun ini saya tidak pernah jatuh atau mengalami kejadian yang bahaya saat menali durian,” beber dia.

Onani 7 Kali Sehari Jadi Persiapan Tyson Fury Rebut Sabuk WBC

Ketika tidak musim durian, Tanto memilih merantau dan menjalani pekerjaan serabutan seperti menjadi kuli bangunan.

Dia pun selalu menantikan datangnya musim durian lantaran bisa pulang kampung dan mendapatkan uang lebih banyak.

Orgasme Perempuan Sama dengan Pipis? Ini Penjelasan Dokter

Yudihartanto, warga Gerdu, RT 001/RW 001, Genengan, Jumantono, Karanganyar, menali durian di salah satu kebun Genengan, Jumantono, Karanganyar, Senin (13/1/2020). (Solopos/Candra Mantovani)
Yudihartanto, warga Gerdu, RT 001/RW 001, Genengan, Jumantono, Karanganyar, menali durian di salah satu kebun Genengan, Jumantono, Karanganyar, Senin (13/1/2020). (Solopos/Candra Mantovani)

Raja Keraton Agung Sejagat Ternyata Bakul Angkringan di Jogja

Selama musim durian tahun ini, dia sudah menali buah durian di 36 pohon. “Kalau sudah tidak musim durian ya kerja jadi kuli lainnya. Intinya bekerja,” ucap dia.



Doa Agar Anak Tak Diganggu Makhluk Halus

Pekerjaan Tanto diikuti salah satu tetangganya, Galih Pamungkas, yang masih berusia 19 tahun. Galih menjalani pekerjaan sebagai penali buah durian sejak dua tahun lalu.

Beli Rumah? Ajukan KPR Online di Sini, Gampang Banget!

Dia kerap ikut Tanto membantu menali buah durian di Karanganyar. Alasan dia tertarik melakoni pekerjaan tersebut juga tak jauh berbeda dengan Tanto.

Mulai Juli 2020, Beli Elpiji 3 Kg Pakai Aplikasi Scan Barcode

Sejak kecil dia suka memanjat pohon dan ingin menggunakan keahliannya tersebut untuk mencari rezeki. Meskipun berbahaya, Galih tak takut melakoninya lantaran sudah terbiasa sejak kecil.

Jadwal Pemadaman Listrik di Solo, Sukoharjo, Sragen, Boyolali & Karanganyar, Kamis (16/1/2020)

“Di rumah kan banyak pohon. Sudah sejak kecil saya naik pohon jadi sudah biasa. Yang penting tidak menganggur. Walau bahaya tetap saya lakoni karena bisa dapat uang,” ungkap dia.

Lowongan Kerja Terbaru, Klik di Sini!



Selama dua tahun ini, Galih mengaku tak pernah mengalami kejadian buruk saat bekerja sebagai penali buah durian. Namun, dia tetap berdoa agar selalu diberi keselamatan ketika menjalankan pekerjaan musiman tersebut.

Driver Ojol Cantik Ini Melawan saat Dipepet Penumpang Laki-laki Nakal

“Karena belum lama jadi belum punya pengalaman banyak. Tapi selama ini saya tak pernah jatuh. Tapi semoga jangan sampai terjadi. Karena pohon durian itu kan tinggi-tinggi. Jadi bahaya kalau sampai terpeleset dan jatuh,” ucap dia.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya