Solopos.com, BOYOLALI – Waduk Cengklik di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, memiliki luas hampir 306 hektar dan kedalaman total 9,10 meter persegi.
Waduk Cengklik ini membebaskan tiga desa yakni, Desa Senthing Kecamatan Sambi, Desa Ngargorejo dan Sobokerto Kecamatan Ngemplak.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Selain sebagai irigasi pertanian, Waduk Cengklik juga dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam. Dilansir dari situs resmi visitjawatengah.jatengprov.go.id, waduk dengan luas genangan 300 hektare ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan Pemerintahan Belanda.
Lokasi Waduk Cengklik sangat strategis, yakni dekat dengan Bandara Adi Soemarmo, Asrama Haji Donohudan, lapangan golf, dan Kota Solo.
Dilansir dari jurnal ilmiah yang dipublikasikan eprints.ums.ac.id, sejarah Waduk Cengklik Boyolali tepatnya dimulai pada 1926 – 1928.
Waduk Cengklik awalnya bertujuan untuk irigasi sawah. Sekarang ini dilengkapi dengan beragam fasilitas. Antara lain wisata air, area pemancingan, dan rumah makan lesehan.
Baca juga: Buka hingga Malam, Tiket Waduk Cengklik Park Boyolali Capai Rp130.000
Inspeksi besar yang dimaksudkan meliputi pengecekan kondisi bendungan baik bendungan yang mempunyai umur muda maupun umur yang sudah tua.
Keamanan bendungan menjadi salah satu faktor penting dalam suatu kestabilan bendungan tersebut. Terganggunya stabilitas waduk juga berpengaruh pada pemanfaatan air irigasi diwilayah sekitar maupun kebutuhan air baku pada wilayah tersebut.
Tim peneliti dari Badan Survei Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sempat menduga Waduk Cengklik sebagai bekas salah satu kawah Gunung Api Lumpur Tua.
Kawasan Waduk Cengklik dengan kedalaman total 9,10 meter persegi ini menyimpan bukti sejarah yang diprakirakan sebagai jejak material aktivitas Gunung Api Merbabu. Selain itu, peneliti menemukan bukti endapan Gunung Api Lumpur di kawasan tersebut.
Baca juga: Setelah Sekipan dan Cengklik, TSTJ Solo bakal Gandeng Objek Wisata Lain
Temuan-temuan tersebut sebagaimana tersaji melalui makalah tim peneliti dari Pusat Survei Geologi yang telah dipublikasikan 2017 lalu dalam Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Tim penelitian yang terdiri atas Sutikno Bronto, Pudjo Asmoro dan Mutiara Efendi itu meyakini sejarah awal kawasan Waduk Cengklik Boyolali sebagai endapan gunung api lumpur tua.
Keyakinan mereka didukung oleh temuan-temuan tersingkapnya struktur lapisan tanah, utamanya pada wilayah-wilayah yang dijadikan tambang untuk kebutuhan tanah urug.
Di balik sejarahnya yang cukup panjang, Waduk Cengklik Boyolali dengan kedalaman hampir 9,10 meter persegi ini memang lebih dikenal sebagai destinasi wisata yang ramah anak.
Baca juga: Tak Cuma Kampung Sakura, Ini Wahana-Wahana di Waduk Cengklik Park Boyolali
Para keluarga bisa menikmati waduk sembari mengonsumsi olahan ikan laut, di balik senja yang menawan.
Waduk Cengklik juga dilengkapi dengan wahana wisata buatan yang ada di Waduk Cengklik Park Boyolali.
Secara rinci, Waduk Cengklik memiliki luas keseluruhan 306 hektare, dengan luas genanganya 296 hektare,panjang tanggul 1.693 meter, lebar tanggul 750 meter, volume waduk sebanyak 7. 448.840 m³a, serta kedalaman mencapai 9,10 meter.
Data tersebut didapatkan berdasarkan tugas akhir Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yakni Erwanto dengan judul Pengembangan Objek Wisata Waduk Cengklik sebagai Pusat Rekreasi Edukasi Aquakultur di Kabupaten Boyolali Pendekatan Konsep Waterfront pada 2020.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
