SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SLEMAN</strong> — Di balik gegap gempita perayaan tiga&nbsp;<a href="http://sport.solopos.com/read/20180827/481/936408/panjat-super-cepat-indonesia-tambah-2-emas-dari-sport-climbing" target="_blank" rel="noopener">medali emas dari cabang olah raga panjat tebing nomor speed relay</a> Asian Games 2018, Senin (27/8/2018), ada kesederhanaan yang melingkupi salah satu atlet Indonesia. Kesuksesan Muhammad Hinayah, 22, ini diiringi perjuangan sang ayah yang datang dari kampung halaman dengan uang pas-pasan.</p><p>Peraih emas di nomor speed relay putra di ajang Asian Games 2018 ini menyatakan bangga dengan profesi sang ayah, Herman, sebagai buruh bangunan.</p><p>"Ayah saya kerja serabutan. Dulu sempat jadi tukang becak waktu saya kecil. Sekarang jadi kuli bangunan. Semoga dengan raihan emas dan prestasi ini, mampu membahagiakan mereka dan membawa perubahan untuk keluarga kami," ujar Hinayah di Bandara Adisoetjipto, Selasa (28/6/2018) sore.</p><p>Menurut Hinayah, dirinya sejatinya tidak pernah menyangka jika akhirnya mampu meraih emas. Sebab, dia sempat ragu saat dipasangkan dengan Rindi Sufriyanto, Abu Dzar Yulianto, dan Veddriq Leonardo. Apalagi lawan di babak final adalah tim senegaranya, Indonesia 1, yang diisi pemain senior Aspar Jaelolo.</p><p>Namun, keraguan tersebut berhasil ditepis. Bermodal semangat, doa, dan dukungan dari Herman yang jauh-jauh datang dari Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, ke Jakabaring Sport City (JSC), Palembang,&nbsp;dirinya bertekad meraih emas. Perjuangan Herman memang tidak ringan. Dia tidak datang menumpang pesawat, melainkan menempuh&nbsp;jarak 131 kilometer menggunakan sepeda motor.</p><p>Ditambah doa ibunya yang menunggu di rumah, Hinayah mampu mempersembahkan <a href="http://sport.solopos.com/read/20180823/481/935708/761-detik-aries-susanti-sumbang-emas-dari-panjat-tebing" target="_blank" rel="noopener">emas untuk Indonesia</a>. Dia mengaku telah meninggalkan banyak hal berharga demi mengikuti pemusatan latihan (training center) di Jogja selama ini.</p><p>"Terus terang begitu banyak pengorbanan, saya harus meninggalkan kuliah [Politeknik Sriwijaya] dan keluarga. Kami sudah latihan panjang, satu setengah tahun dan sekarang berbuah. Kami dapat <a href="http://sport.solopos.com/read/20180828/481/936543/perolehan-medali-asian-games-2018-indonesia-24-emas-korsel-menjauh" target="_blank" rel="noopener">tiga emas dari speed</a>. Ini pencapaian luar biasa," terang Hinayah.</p><p>Hinayah sendiri mulai mengenal panjat tebing sejak kelas empat SD. Bermula dari keisengannya datang ke taman di Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, yang memiliki sirkuit panjat tebing. Hinayah pun akhirnya memberanikan diri untuk mulai berlatih panjat tebing di lokasi tersebut.</p><p>"Dulu saya kalau berlatih harus naik sepeda sejauh 2 kilometer. Dan saya enggak nyangka, bisa terpilih di Pelatnas dan meraih hasil seperti ini," ungkap Hinayah.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya