SOLOPOS.COM - Tangkapan layar video pengakuan Siswadi terkait rekayasa cerita soal aksi begal. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI – Narasi tentang aksi begal di Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, dengan korban warga Paras, Cepogo, mampir di grup WhatsApp (WA) Karang Taruna di ponsel saya pada Rabu (20/4/2022) malam.

Dalam narasi itu, tersebutlah cerita pembegalan yang menimpa seorang pria dengan lokasi di barat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dusun Pule, Jelok, Cepogo, Boyolali. Cerita itu disampaikan oleh salah satu anggota grup WA.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Setelah mendapatkan informasi itu saya pun ingin menelurusi lebih lanjut kisah begal yang telah beredar dari grup WA ke grup WA lain dan berkembang di media sosial. Ini adalah upaya untuk memverifikasi informasi yang beredar di Grup WA. Sudah menjadi kewajiban jurnalis melakukan disiplin verifikasi informasi untuk mendapatkan berita yang akurat.

Belakangan diketahui pria yang mengaku sebagai korban begal itu tidak melapor ke kepolisian, namun polisi tetap menindaklanjuti kabar yang sudah viral itu.

Pada Kamis (21/4/2022) setelah sahur, saya segera berkomunikasi dengan Kepala Desa Jelok, Suparno, dan Kepala Desa Paras, Ari Yuwono, untuk mengonfirmasi kebenaran kabar adanya aksi begal itu.

Kedua kades membenarkan telah terjadi aksi begal dengan korban seorang pria warga Paras. Kala itu, dikatakan kerugian yang diderita oleh korban berupa sebuah handphone dan sejumlah uang.

Mengunjungi Rumah Siswadi

Setelah mendapatkan kepastian dari kedua kades terkait aksi pembegalan itu, saya pun menuliskannya dalam format berita dan kemudian terbit di laman Solopos.com pada Kamis, 21 April 2022 dengan judul Niatnya Menolong Malah Jadi Korban Begal di Boyolali, Begini Modusnya.

Beberapa hari berlalu, saya kemudian pergi ke rumah pria yang mengaku dibegal itu. Dia adalah Siswadi, 32, warga Dusun Panderejo, Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Tujuan saya untuk mengetahui keadaannya pasca-dibegal.

Pintu rumah tertutup saat saya tiba di rumah yang ditinggali Siswadi, Senin (25/4/2022). Saya mengetuk pintu dan ternyata Siswadi lah yang membukanya. Kala itu, berdasarkan pengamatan saya, cara berjalan Siswadi sedikit terganggu. Saat saya tanya apakah kakinya sakit karena kejadian pembegalan, ia menjawab hanya lecet di kaki tapi punggung belakangnya masih nyeri.

Kami pun berbincang-bincang. Siswadi ditemani sang ayah, Sumadi, dan anak laki-lakinya. Kepada saya, Siswadi pun menceritakan kronologi kejadian saat terjadinya pembegalan pada dirinya.

Siswadi mengaku saat kejadian tengah mengendarai sepeda motor akan pulang ke rumah. Tiba-tiba, dia dipepet oleh dua orang laki-laki tak dikenal yang juga mengendarai sepeda motor.  Kemudian, ia ditendang sehingga Siswadi pun jatuh tersungkur hingga tak sadarkan diri.

Pria itu mengisahkan para warga yang melihatnya jatuh kemudian menolongnya. Menurut Siswadi, warga menceritakan sesaat dirinya jatuh, sepeda motornya diterabas oleh sepeda motor Vixion.

“Yang hilang hanya uang, handphone-nya ternyata masih ada. Uangnya senilai Rp1,8 juta, itu gaji saya selama enam pekan, per pekan dapat Rp300.000. Untuk keperluan Lebaran,” kata dia kepada saya pada Senin itu.

Siswadi menceritakan gajinya sebagai buruh di rumah bordir pakaian Rp300.000 per pekan yang ia kumpulkan selama enam pekan baru diambil, sengaja untuk memenuhi keperluan Lebaran.

Waktu itu, saya sempat menanyakan apakah sudah ada pihak yang memberikan donasi untuknya, Siswadi pun menjawab telah ada bantuan dari rekan-rekannya sesama anggota komunitas sosial.

Kemudian saat saya tanya mengenai kondisi sepeda motornya, Siswadi mengatakan sepeda motornya baru saja dikirimkan ke bengkel.

Lebih lanjut, saat saya bertanya kira-kira kapan dirinya akan kembali bekerja, Siswadi mengatakan tidak tahu karena masih menunggu sepeda motornya selesai diservis.

Masih Trauma

Siswadi mengaku masih trauma dengan kejadian yang menimpanya. Walaupun begitu, ia mengatakan akan tetap bekerja. “Saya harap pelaku begal cepat tertangkap dan saya harap di lokasi tersebut ditambah penerangan jalan,” kata dia.

Hasil perbincangan saya dengan Siswadi pun saya tulis kemudian terbit dalam pemberitaan Solopos.com pada Senin 25 April 2022 dengan judul Nestapa Siswadi, Gaji Rp1,8 Juta untuk Lebaran Raib Dibegal di Boyolali.

Kemudian pada Selasa (26/4/2022) malam, datang lagi kabar tentang aksi pembegalan di grup WhatsApp saya, informasinya tentang seorang wanita yang dibegal di sekitar Puskesmas Cepogo setelah pulang dari Pasar Cepogo.

Dalam kabar itu dinarasikan emak-emak tersebut diancam dengan celurit kemudian pembegal lari dengan motornya ke arah utara. Setelah mengetahui kabar tersebut, saya meminta konfirmasi kepada Kapolsek Cepogo, AKP Agung Setiawan, di malam yang sama. Kapolsek mengatakan kepada saya untuk menunggu hasil lidik kepolisian.

Kemudian pada Rabu (27/4/2022) dini hari pukul 01.58 WIB, AKP Agung Setiawan mengonfirmasi jika kabar terkait kejadian begal yang menimpa emak-emak berinisial M, warga Dusun Sumbungrejo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, adalah rekayasa dari M.

Saya pun bertanya apakah kasus emak-emak yang merekayasa mengaku jadi korban begal itu akan diproses hukum, Kapolsek Cepogo menjawab hal tersebut masih dalam pertimbangan.

Kisah wanita yang merekayasa cerita soal aksi begal itu saya tulis dan ditayangkan dengan judul Beredar Informasi Perempuan Boyolali Ngaku Dibegal, Begini Kebenarannya.



Kemudian pada Rabu siang, saya pun menanyakan kepada Kapolsek terkait kasus Siswadi. “Sebentar, minta waktu, kami dalami dulu,” kata Agung.

Saat itu saya juga mengirimkan pesan WhatsApp ke nomor kontak Siswadi untuk menanyakan kabarnya. Namun, pesan tersebut tak dibaca maupun dibalas.

Bak tersambar petir di saat berbuka puasa pada Rabu petang itu, saya melihat video terkait Siswadi muncul di grup WhatsApp wartawan. Video tersebut berisi pernyataan yang menjelaskan bahwa kejadian pembegalan yang dikisahkannya hanya rekayasa.

Video berdurasi 48 detik tersebut seketika membuat saya geram dan penasaran. Saat itu juga saya menelepon Kapolsek Cepogo untuk meminta konfirmasi terkait video tersebut.

“[Video tersebut] benar, rencananya akan kami sampaikan ke Polres,” kata Kapolsek Agung.

Harus Segera Membayar Utang

Lebih lanjut saat saya bertanya apa motif Siswadi melakukan hal tersebut, Agung menjelaskan karena Siswadi harus segera membayar utangnya tapi yang bersangkutan tidak memiliki uang.

Saya juga bertanya apakah Siswadi dan emak-emak berinisial M akan diproses hukum, Agung menjawab akan mempertimbangkan dahulu lebih banyak mudarat atau manfaatnya. “Untuk lebih lengkapnya nanti akan dirilis Polres,” kata dia pada Rabu malam.

Terungkapnya kebohongan Siswadi itu pun dimuat dalam berita berjudul Prank Massal! Pria Cepogo Boyolali Ngaku Merekayasa Jadi Korban Begal serta Ngaku Dibegal Ternyata Bohong, Siswadi Pria Boyolali Terlilit Utang?

Sampai dengan Jumat (29/4/2022), belum ada undangan untuk rilis Polres Boyolali terkait kasus tersebut.

Hingga tulisan ini diturunkan Siswadi tidak bisa dihubungi. Pesan yang saya tinggalkan juga tidak direspons.

Masih banyak pertanyaan berkecamuk di pikiran saya termasuk masyarakat begitu mengetahui tentang kasus prank massal begal di Cepogo Boyolali. Apa yang menyebabkan Siswadi akhirnya membuat video pengakuan?

Apakah uang emak-emak M itu hilang atau sedari awal uang tersebut tidak ada?  Hingga apakah nanti yang akan diganjarkan kepada dua orang yang telah membuat warga khawatir saat bekerja hingga malam di luar rumah.  Publik menanti kelanjutan kasus prank begal di Boyolali. Dan cerita prank Siswadi dan emak-emak berinisial M semoga menjadi cerita palsu terakhir, yang bisa membuat warga cemas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya