JOGJA: Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo mengungkapkan, media cenderung mengabaikan kode etik jurnalistik karena tidak akurat dalam menyajikan informasi.
Menurut Agus, jurnalisme di Indonesia mengalami serangkaian persoalan karena jurnalis banyak yang melanggar kode etik. Catatan Dewan Pers menunjukkan sejumlah jurnalis seringkali mengabaikan akurasi sehingga merugikan masyarakat. Dalam kasus pemuatan foto dan tampilan video, jurnalis kerap salah menyajikan informasi kepada masyarakat, seperti kasus pemuatan foto Peppi Piona yang disangka Pepi Fernando selaku tersangka terorisme.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dalam banyak kasus, jurnalis juga menampilkan foto kekerasan yang tidak layak, contohnya adalah foto bunuh diri yang dimuat Gorontalo Pos “Dari 10 media televisi, hanya dua media TV yang mematuhi kode etik jurnalistik dalam kasus foto Pepi,” ujar dia pada diskusi bertajuk Kode Etik Jurnalisme di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta belum lama ini.
Selain memuat informasi yang salah, jurnalis lanjut Agus melanggar kode etik dengan menampilkan gambar atau informasi yang tidak jujur. Bentuk ketidakjujuran adalah mereka ulang gambar tanpa keterangan gambar adalah hasil rekaan ulang. Dia mencontohkan beberapa mereka kasus terorisme di Aceh tanpa keterangan reka ulang. “Hal ini menggambarkan bagaimana media kerap mengasumsikan masyarakat sebagai pihak yang tidak mengetahui kode etik dan nilai berita,” papar dia.
Agus menambahkan hasil catatan Dewan Pers sebanyak 80% dari kasus pengaduan yang ditangani atau dimediasi Dewan Pers berakhir dengan keputusan media melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik.(Harian Jogja/Shinta Maharani)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
