SOLOPOS.COM - Dewa 19 di panggung Navy Jazz Traffic Festival 2022 pada Sabtu (14/5/2022) malam di kawasan alam terbuka Villa Navy Residence, Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. (Instagram Official Dewa 19)

Solopos.com, SOLO — Grup band Dewa 19 menyajikan perpaduan nostalgia dan rejuvenasi atau peremajaan untuk merayakan 30 tahun berkarya di belantika musik Indonesia.

Dewa 19 mengawali tur perayaan 30 tahun berkarya di belantika musik Indonesia pada Jumat (27/5/2022). Mereka akan tampil pada konser luring bertempat di Grand City Convention and Exhibition, Kota Surabaya, Jawa Timur pada Jumat malam itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Konser di Kota Surabaya—kota asal para personel awal Dewa 19—merupakan konser pertama dari rangkaian konser 30 kota untuk merayakan 30 tahun Dewa 19 berkarya di dunia musik Indonesia. Penjelasan lengkap tersaji di 30 Tahun Dewa 19 Berkarya: Nostalgia dan Rejuvenasi di Kota Asal.

Gelombang panas ekstrem melanda India dan Pakistan. Cuaca bertemperatur tinggi hingga 50 derajat Celcius membuat aspal jalan meleleh. Diprediksi situasi bakal lebih buruk akibat krisis iklim.

Maret 2022 menjadi bulan terpanas bagi dua negara di Asia Selatan itu sejak pencatatan anomali suhu gelombang panas 122 tahun lalu. Dua bulan sejak gelombang panas itu terjadi, anomali suhu belum juga menurun. Penjelasan lengkap bisa dibaca di Aspal Meleleh, Krisis Iklim Perburuk Gelombang Panas India-Pakistan.

Frasa ”aja kesusu” atau jangan terburu-buru yang dikemukakan Presiden Joko Widodo dalam acara Rapat Kerja Nasional Pro Jokowi (Projo) di Magelang, Jawa Tengah, pada Sabtu (21/5/2022), adalah pesan yang berlaku umum, namun juga bisa ditafsirkan lebih sempit sesuai konteks dan ruangnya.

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, memaknai pesan ”aja kesusu” itu secara umum dan berlaku umum. Ia menyebut saat ini memang belum matang untuk merumuskan dukungan terhadap kadindat presiden tertentu yang akan berlaga dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Duduk perkara bisa dibaca di Belum Ada Bintang Terang, Aja Kesusu…

Ekspansi industri dan pembangunan infrastruktur di kawasan pesisir Kota Semarang hingga Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, meniscayakan krisis lingkungan berupa tanah ambles dan banjir atau rob. Ekstraksi air tanah makin masif. Penurunan muka tanah kian besar.

Bosman Batubara, Henny Warsilah, Ivan Wagner, Syukron Salam, dan Koalisi Pesisir Semarang-Demak dalam kertas posisi berjudul Maleh Dadi Segoro: Krisis Sosial-Ekologis Kawasan Pesisir Semarang-Demak [ejaan baku bahasa Jawa seharusnya Malih Dadi Segara] yang diterbitkan Lintas Nalar pada 2020 menjelaskan tanpa mengekstraksi air tanah tidak mungkin kawasan-kawasan industri itu dikembangkan.

Kapitalisme industri bukan hanya mengeksploitasi buruh, namun juga mengapropriasi nonburuh (air tanah). Krisis yang muncul, berupa tanah ambles dan banjir, adalah syarat bagi terjadinya ekspansi kapitalisme. Krisis semacam ini disebut krisis sosial-ekologis karena dua alasan. Duduk perkara bisa dibaca di Mengundang Bencana di Tanah Bencana.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan pembahasan dengan sudut pandang tajam, komprehensif, dan berdata lengkap. Konten premium menyajikan analisis mendalam atas suatu topik. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya