Harianjogja.com, JOGJA – Dasiman, warga Mlati, Sleman yang menjadi satuan pengamanan (Satpam) SMKN2 Jogja berbagi cerita soal perjuangan Desi. “Pas cari info mau masuk sekolah dulu, dia juga bawa slodok itu. Anaknya pandai bergaul dan otak bisnisnya jalan,” ujar Dasiman yang baru membeli slondok Desi seharga Rp7.000 per bungkus itu.
Dasiman begitu salut dengan Desi. Bukan apa-apa, katanya, anak seumur dia sudah mampu membiayai dirinya sendiri. Tidak hanya itu, Desi juga disiplin dan tidak pernah terlambat masuk. “Jam 7 pagi, pintu gerbang ditutup. Tapi, tidak pernah saya lihat dia telah berdiri di luar pintu. Padahal jarak rumahnya jauh dari sini. Kalau datang, pasti keringat bercucuran di keningnya,” kenang Dasiman.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Kejadian unik yang masih jelas terngiang dibenaknya saat awal Desi masuk sekolah. Desi saat itu datang membawa slondok yang ditempatkan di kronjot warna hijau, di atas sepeda. “Eeh… Dia langsung masuk. Sempat saya larang dia masuk, tak kira orang luar yang mau jualan di sekolah. Setelah tahu itu Desi saya persilakan masuk,” ceritanya sambil tersenyum.
Rasa salut juga tersirat dari sejumlah siswa SMKN2 Jogja. Annisa Nur Farida, 17, warga Seturan, Sleman misalnya masih ingat betul saat Desi menjajakan slondok keliling sekolah selepas waktu pulang. “Biasanya keliling sekolah bawa tas kresek hitam. Slondoknya enak dan gurih,” ujar Nisa yang diamini teman sekelasnya, Fietra Rizky Febriani, warga Badran, Jogja.
Bagi mereka, apa yang dilakukan Desi sangat inspiratif. “Selain Desi ada juga siswa yang keliling kelas menjajakan sate bakso rusuk. Namanya, Febi jurusan gambar bangunan. Ya, kami salut pada mereka yang percaya diri, enggak malu bisa cari duit sendiri,” sergah Fietra.