SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Perubahan desain penataan kembali Kota Lama Semarang terkait dengan temuan artefak Tiongkok. Kenyataan di balik perubahan rencana revitalisasi itu diungkapkan Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/12/2018).

Menurut dia, Taman Bubakan Semarang yang rencananya bakal dibangun sebagai embung batal karena ditemukannya beberapa benda kuno peninggalan salah satu dinasti Tiongkok. Sebagai gantinya, di situs cagar budaya itu akan dibangun museum yang justru mengekspose temuan insitu artefak Tiongkok tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“[Embung] Tidak jadi di Bubakan. Rencananya, di situ mau dibikin museum dan ruang terbuka hijau. Ya, karena banyak temuan benda-benda semacam keramik kuno,” kata Ita—sapaan akrab Hevearita.

Selain ada sejumlah perubahan desain yang memolorkan waktu penggarapan, ada pula masalah teknis yang menghambat penggarapan. “Misalnya, paving yang diganti batu andesit. Ketika mau pasang batu andesit, lahan yang mau dipasangi malah dipakai parkir, dan sebagainya. Mulai musim hujan juga,” katanya mengurai berbagai hambatan teknis.

Meski demikian, BPK2L Semarang dinyatakannya berkomitmen merampungkan proyek itu secepat yang bisa dilakukan. “Targetnya, Maret tahun depan selesai untuk pekerjaan utamanya, termasuk street furniture. Sisanya, tinggal finishing,” kata Ketua BPK2L Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/12/2018).

Ita mengaku sadar benar bahwa selama proyek revitalisasi kawasan padat situs benda cagar budaya tersebut memang tidak bisa dilalui masyarakat seperti biasa, termasuk beberapa ruas jalan yang harus ditutup. Debu juga menjadi dampak dari pengerjaan proyek revitalisasi di kawasan Kota Lama Semarang yang kerap dikeluhkan, apalagi jika dilewati truk-truk yang membawa material.

“Kami mohon masyarakat bersabar [menunggu rampungnya proyek]. Untuk debu, sudah diminimalkan dengan penyiraman secara berkala,” kata Wakil Wali Kota Semarang itu.

Sementara itu, Sonny Cahyo Bawono dari PT Amitas Jakarta selaku konsultan PT Brantas Abipraya, pelaksana proyek revitalisasi, membenarkan adanya perubahan desain. Desain awal, kata dia, menggunakan paving untuk jalan utama dan jalur pedestrian dan sudah dikerjakan di ujung Jalan Letjen Suprapto, namun akhirnya diganti dengan batu andesit.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta paving diganti menggunakan batuan alam, seperti andesit untuk memunculkan estetika. “Memang, diminta langsung sama Bapak Menteri [penggantian desain]. Tetapi, kan tidak mudah, misalnya kami perlu ke Badan Pemeriksa Keuangan [BPK] dan instansi lain agar sesuai aturan dalam mengerjakan,” katanya.  

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya