SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dok)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dok)

JOGJA—Beban Sungai Code dinilai lebih berat dibandingkan keberadaan dua sungai lainnya di Jogja, yakni Winongo dan Gajahwong. Meski begitu, upaya revitalisasi dan penataan kawasan sepanjang bantaran Kali Code bukan perkara mudah.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Menurut Ketua Pemerti Code Totok Pratopo, menata Kali Code tidak terlepas dari masalah relokasi. Sebab, untuk mengembalikan fungsi dan wajah Code sebagai sungai, cara yang paling efektif ditempuh adalah dengan merelokasi warga sepanjang bantaran sungai tersebut atau pemukiman dimundurkan dari pinggir sungai.

“Tapi, rekolasi ini harus dilakukan secara manusiawi. Masyarakat diajak rembukan, diberi pilihan Rusunawa atau mengikuti transmigrasi lokal lintas kabupaten?” kata Ketua Pemerti Code Totok Pratopo di Balaikota Jogja, Kamis (22/11/2012).

Menurutnya, Beban Kali Code dinilai lebih berat dibandingkan keberadaan dua kali lainnya, Winongo dan Gajahwong. Sebab, Code setiap tahun harus menerima kiriman material Merapi yang volume kirimannya dapat diukur. “Dampaknya, terjadi penyempitan titik-titik sungai yang berakibat Code sebagai wilayah rawan bencana,” ingatnya.

Untuk memberikan gambaran besar terkait penataan dan revitalisasi Sungai Code, seluruh desain kreatifitas penataan Kali Code 2020 akan dipamerkan selama Festival Kali Bersih di Sungai Code. Termasuk, tiga pemenang desain penataan Code meliputi Desain dari masyarakat Tegalpanggung, Wirogunan dan Prawirodirjan.

“Tidak hanya desain kreatif dari masyarakat yang dipamerkan, tetapi juga dari PPSDM. Nanti desain-desain itu sama-sama diuji oleh para ahli. Upaya apapun yang dilakukan untuk menata Code butuh edukasi dan penyadaran bahwa code rawan bencana,” tukas Totok.

Sementara, Sekretaris Pemerti Code Haris Syarif Usman berharap, bila penataan Code selesai tidak hanya aspek ekonomi masyarakat yang diharapkan meningkat, tetapi juga Code akan menjadi landmark pariwisata kedua setelah Malioboro.

“Harus disadari, potensi wisata sungai Code, kalau ditata, tidak kalah dengan di luar negeri. Kami ingin Code menjadi landmark kedua setelah Malioboro,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya