SOLOPOS.COM - Wakil ketua Forum Rembuk Klaster Industri Rotan Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Suparji (kanan), menunjukkan proses pembuatan meubel berbahan dasar rotan, Kamis (30/9/2021). (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, baru lima tahun ditetapkan sebagai desa wisata, tepatnya sejak 2016. Sejak itu, berbagai upaya dilakukan untuk membangun branding desa wisata yang juga sentra penghasil kerajinan rotan tersebut.

Salah satu event tahunan yang digelar untuk menarik wisatawan berkunjung ke Desa Trangsan adalah Grebeg Penjalin. Namun sejak awal 2020, tepatnya sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, semua rintisan branding desa wisata itu terpaksa berhenti.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak ada event maupun wisatawan yang berkunjung selama dua tahun terakhir. Akibatnya pengembangan desa wisata itu pun mati suri. “Kegiatan rutin tahunan seperti Grebeg Penjalin, kunjungan wisata, kunjungan mahasiswa untuk belajar kesenian rotan juga berhenti sama sekali,” beber Wakil Ketua Forum Rembuk Klaster Industri Rotan Trangsan, Suparji, saat wawancara dengan Solopos.com, belum lama ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Pencurian Rubicon di Gentan Sukoharjo

Kondisi itu bertambah buruk akibat suntikan dana untuk mengembangkan Desa Wisata Trangsan, Sukoharjo, juga ikut terkena refocusing dan dialihkan untuk penanganan Covid-19. “Jadi ya sekarang benar-benar tidak ada kegiatan wisata sama sekali,” imbuh Suparji.

Suparji mengaku khawatir kondisi saat ini apabila diteruskan akan berdampak buruk dengan pengembangan wisata yang sudah dirintis sekitar lima tahun tersebut. Ia berharap Pemkab Sukoharjo bisa memberikan perhatian lebih untuk memulihkan sektor wisata khususnya desa wisata.

Memulai Dari Nol

“Kalau ditanya khawatir pasti khawatir kalau kondisinya seperti ini terus. Kalau dibiarkan nanti saat diperbolehkan kembali kami akan memulai pengembangan semuanya dari nol lagi. Soalnya semua rencana pengembangan jadi terhenti karena pandemi. Padahal masyarakat dan akademisi sudah maksimal secara swadaya mengembangkan desa wisata ini,” ujarnya.

Baca Juga: Level PPKM Turun, Kuota Siswa pada PTM Sukoharjo Pekan Depan Ditambah

Suparji mengatakan saat ini warga di desa wisata Trangsan, Sukoharjo, disibukkan dengan produksi kerajinan rotan untuk kebutuhan ekspor. Setidaknya di sektor industri kerajinan itu, warga Trangsan masih memiliki harapan.

Pantauan Solopos.com, belum lama ini, aktivitas produksi rotan di tempat tersebut masih ramai dan tampak tak terdampak situasi pandemi Covid-19. Suparji mengakui kondisi bisnis kerajinan rotan saat ini berbanding 180 derajat dengan program wisata yang sudah dirintis sejak 2016 itu.

Menurutnya, beberapa waktu terakhir, bisnis kerajinan rotan justru naik signifikan dan tidak terdampak pandemi Covid-19. “Kalau untuk pasar ekspor kami di Amerika, Eropa, Asia Timur, dan Afrika Selatan secara umum naik 10 persen dari sebelumnya sekitar 60-70 kontainer sekarang 80 kontainer. Harga juga naik karena bahan dasar yang susah dicari saat ini,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya