SOLOPOS.COM - Ketua DPRD Boyolali, Marsono (tengah-kanan) menyerahkan potongan tumpeng kepada Kepada Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, saat launching Desa Wisata Kampus Kopi Banyuanyar, Ampel, Boyolali, Kamis (27/10/2022). One kampung one village menjadi basis keunggulan di desa tersebut. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI  One kampung one product (OKOP) menjadi nilai yang diunggulkan dalam peresmian Desa Wisata Kampung Susu (Kampus) Kopi Banyuanyar, Ampel, Boyolali, pada Kamis (27/10/2022).

Kepala Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, mengatakan dari sembilan dukuh yang ada di desa tersebut, tujuh dukuh telah meluncurkan produk unggulan masing-masing. “Kalau menurut sivitas akademika itu one village one product, tapi menurut Banyuanyar itu OKOP atau one kampung one product,” terangnya kepada wartawan di sela-sela acara.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ketujuh dukuh yang telah memiliki ciri khas produk antara lain Dukuh Dukuh sebagai Kampung Budaya. Kemudian Dukuh Grenjeng sebagai Kampung Madu, Dukuh Jumbleng sebagai Kampung Jahe, Dukuh Wangan sebagai Kampung Susu.

Kemudian Dukuh Banyuanyar sebagai Kampung Toga atau Tanaman Obat Keluarga, Dukuh Geneng sebagai Kampung Ekraf, dan Dukuh Ngemplak sebagai Kampung Kopi. Namun, untuk dua dukuh lain yaitu Bunder dan Kruning belum tercetuskan.

“Untuk dua dukuh tersebut, ke depan akan kami cari potensi lokal yang berbeda dengan dukuh lainnya untuk dijadikan keunggulan desa. Dan itu memang beda-beda per dukuh tapi syaratnya harus dari Banyuanyar oleh Banyuanyar dan untuk Banyuanyar,” terang Komarudin.

Baca Juga: Taj Yasin Puji Desa Urutsewu Boyolali Punya Investasi Energi yang Murah

Lebih lanjut, Komarudin menegaskan ruh dari desa wisata di Banyuanyar adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus mengurangi kemiskinan. Hal tersebut, lanjut dia, karena Desa Wisata Kampus Kopi Banyuanyar berbasis masyarakat dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Ia menyatakan tanpa UMKM, desa wisata di Banyuanyar tidak akan berjalan karena roda penggeraknya adalah usaha masyarakat. Beberapa usaha yang ada di masyarakat seperti usaha madu klanceng di Kampung Madu Dukuh Grenjeng dan usaha susu di Kampung Susu Dukuh Wangan.

“Ini kami benar-benar ingin membangun dalam rangka memberdayakan masyarakat. Sehingga, masyarakat harus menjadi pemain dan penggerak roda perekonomian di bawah naungan Bumdes Kampus Kopi Banyuanyar,” jelasnya.

Baca Juga: Biar Enggak Bingung, Pahami Rincian Tarif Parkir yang Berlaku di Boyolali

Disinggung kunjungan ke Desa Wisata Kampus Kopi Banyuanyar, Komarudin mengatakan biasanya pengunjung berminat langsung melihat peternakan dan pertanian terintegrasi. Contohnya seperti pembuatan kopi dari biji hingga menjadi kopi.

Pengunjung biasanya adalah mahasiswa atau siswa SD sekitar Banyuanyar yang ingin belajar langsung di lapangan. “Target ke depan yang paling jelas menjadi ruang edukasi sekolah alam bagi siswa SD hingga SMA, bahkan mahasiswa. Ayo selama ini yang belajar teori di kelas, kemudian praktiknya silakan di Banyuanyar. Jadikan Banyuanyar sebagai kampus beneran,” ajaknya.

Kades Banyuanyar bercerita telah menyiapkan desa wisata tersebut selama tiga tahun sebelum diluncurkan pada Kamis pagi. Kesulitan yang dihadapi adalah membangun mindset dari anak muda hingga orang tua.

Baca Juga: Meriah! 1.800 Peserta Ikuti Grebeg Penjalin, Ragam Kerajinan Rotan Dipamerkan

“Itu yang tidak mudah, apalagi desa wisata kami berbasis masyarakat. Dalam arti seperti kebun kopi, kebun jahe, susu, dan tempat-tempat produksi itu bukan milik desa, tapi 100 persen milik masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, pemuda setempat sekaligus Ketua Penggerak IT (RakIT) Banyuanyar, Nanang Ari Yanto, 28, mengaku pemuda juga dilibatkan dalam menyukseskan desa wisata di desanya. Ia mengatakan tugas dari kader RakIT Desa Banyuanyar sebagai pembuat video marketing dan branding Desa Wisata Kampus Kopi tersebut.

Untuk semakin memperkuat peran RakIT di desa, Nanang mengatakan beberapa wirausaha muda juga dilatih cara membuat video promosi. “Beberapa kader kami juga seringkali mengikuti pelatihan video seperti pernah juga di Lembang, Jawa Barat,” ucapnya.

Baca Juga: Upacara Tradisi di Boyolali Mulai Didata, Beberapa Meriah Tanpa Bantuan APBD

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya