Desa wisata di Gunungkidul ditemukan mati suri sebanyak 4 desa
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Keberadaan desa wisata di Gunungkidul belum berbading lurus dengan perkembangan sektor kepariwisataan. Hal ini terlihat dari dari keberadaannya yang masih minim.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul, hingga saat ini baru ada 12 desa wisata. Jumlah ini terhitung masih sangat kecil, karena total keseluruhan desa di kabupaten terluas di DIY ada 144 desa.
Kondisi ini belum diperparah dengan adanya desa wisata yang mati suri. Meski secara struktur kepengurusan masih ada, namun kenyataan di lapangan tidak menunjukan perkembangan dan cenderung stagnan.
Kepala Dinas Disbudpar Gunungkidul Saryanto mengatakan, keberadaan desa wisata belum semuanya berjalan baik. Dari 12 desa yang dimiliki, ada empat desa wisata yang kondisinya memprihatinkan karena tidak memiliki aktivitas yang nyata.
Empat desa itu yakni Ponjong, Kecamatan Ponjong; Ngeposari, Kecamatan Semanu; Mulo, Kecamatan Wonosari dan Bendung, Kecamatan Semin.
“Desa-desa ini ditetapkan melalui SK bupati. Rintisannya dilakukan pada 2012 lalu saat ada program PNPM Mandiri di sektor kepariwisataan,” kata Saryanto kepada Harianjogja.com, Minggu (21/8/2016).
Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat desa wisata tidak tumbuh dengan baik. Salah satunya, ketiadaan tokoh masyarakat setempat yang menjadi tokoh utama dalam pengembangan menjadikan keberadaan desa wisata jadi kurang maksimal.
Kondisi ini diperparah lagi dengan antusias masyarakat maupun pemerintah desa yang belum memiliki motivasi berlebih dalam pengembagan berakibat pada keberlangsungan kawasan tersebut.
“Misalnya di Desa Ngeposari, kami sudah melakukan dua kali pelatihan tapi hasilnya masih sama. Padahal jika dilihat potensi sudah lumayan lengkap, mulai dari sentra kerajinan ukir batu, embung hingga gua untuk wisata, tapi nyatanya juga belum tergarap dengan baik,” ujarnya.