SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longsor. (JIBI/Solopos/Antara)

Setiap wilayah memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik suatu wilayah.

Harianjogja.com, SLEMAN– Desa-desa tangguh bencana atau Destana akan terus dikembangkan di wilayah Sleman. Pengembangan Destana, selain untuk meningkatkan mitigasi bencana juga agar warga tanggap menyikapi potensi bencana di lingkungannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan, hingga kini di wilayah Sleman terdapat 26 Destana yang dikukuhkan. Desa-desa tersebut, katanya, terus dipantau oleh BPBD. “Selain itu, kami juga akan terlibat aktif melakukan pendampingan secara rutin. Tidak hanya bagi perangkat desa, tetapi juga seluruh warganya,” kata Joko di sela-sela gladi lapangan kebencanaan di Macanan Bimonartani, Ngemplak, Senin (6/2/2017).

Ke 26 Destana tersebut, lanjut Joko, terus berkoordinasi dengan BPBD dan tim relawan bencana lainnya. Komunikasi dilakukan tidak hanya saat terjadi bencana, tetapi juga selama penanganan bencana berlangsung. “Ini dilakukan agar penyaluran bantuan dan tenaga evakuasi bencana bisa didistribuskan dengan tepat. Masing-masing Destana dilengkapi dengan radio kominikasi agar koordinasi di lapangan mudah,” jelasnya.

Sekretaris BPBD DIY Heru Suroso menambahkan, setiap wilayah memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik suatu wilayah. Keberadaan Destana, lanjutnya, diharapkan mampu mengantisipasi sedini mungkin potensi bencana yang ada di sekitarnya. Misalnya, bencana angin kencang yang di wilayah-wilayah cekungan, ataupun bencana banjir dan erupsi Gunung Merapi.

Dia mengatakan, warag Bimomartani memiliki potensi bencana sekunder Gunung Merapi. Yakni, kiriman banjir lahar saat musim hujan dan kiriman lahar saat Merapi erupsi. Pemerintah, lanjutnya, akan terus meningkatkan kapasitas Destana. Selain perangkat desa, edukasi juga diberikan kepada warga. “Jadi pemerintah tidak hanya fokus menangani bahaya primer yang ditimbulkan, tetapi juga dampak sekunder dari erupsi Merapi. Disinilah perlu koordinasi dari seluruh stakeholder,” ujarnya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, pengetahuan tentang bencana sangat penting untuk dipelajari. Konsep Living in Harmony with Disaster yang diusung Sleman, harapnya, jangan hanya dijadikan jargon. “Warga Sleman harus sadar potensi bencana di lingkungannya. Kecepatan bertindak saat bencana harus didukung kesigapan dan pengetahuan. Kuncinya, jangan panik. Itulah pengetahuan tentang kebencanaan sangat penting,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya