SOLOPOS.COM - TIKAR TENUN--Ahmad Anwari menunjukkan mesin dan tikar tenun hasil industri rumahan miliknya di Desa randusari, Kecamatan Teras, Boyolali, akhir pekan kemarin. ( Yus Mei Sawitri/JIBI/SOLOPOS)

TIKAR TENUN--Ahmad Anwari menunjukkan mesin dan tikar tenun hasil industri rumahan miliknya di Desa randusari, Kecamatan Teras, Boyolali, akhir pekan kemarin. ( Yus Mei Sawitri/JIBI/SOLOPOS)

Meski dikepung sejumlah pabrik tekstil besar yang tersebar di Kecamatan Teras, Boyolali industri rumahan di Desa Randusari kecamatan setempat ternyata mampu menggeliat. Perlahan namun pasti, industri tersebut berhasil memberdayakan masyarakat setempat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu industri rumahan yang berkembang di Desa Randusari adalah kerajinan tikar tenun milik Ahmad Anwari, 41, tepatnya berada di Perumahan Griya Purwantara RT 014/RW 002. Usaha ini dirintisnya sejak Agustus 2010 dan mulai aktif beroperasi pada Februari 2011. Perlahan tapi pasti, industri rumahan tersebut semakin berkembang.

“Awalnya saya mengikuti usaha serupa milik kakak yang ada di Karanganyar. Kali pertama beli lima mesin tenun. Setelah itu kami membuat sendiri mesin tenun itu, sampai kini sudah punya 14 buah,” urai Ahmad, ketika ditemui di kediamannya,akhir pekan kemarin.

Ahmad mengatakan selain ditempatkan di rumahnya sendiri, tiga mesin tenun dititipkan di rumah warga sekitar. Sedangkan tujuh mesin lainnya ditempatkan di cabang usahanya yang berada di Kecamatan Musuk. Dia bermimpi suatu hari nanti bisa memiliki 100 mesin, sehingga bisa mendongkrak perekonomian warga sekitar, terutama memberdayakan ibu-ibu supaya lebih produktif.

Namun Ahmad sadar mimpi tersebut tak mudah digapai. Butuh keulatan, kesabaran dan kerja keras untuk mewujudkannya. Untuk sementara ini, dia berusaha memaksimalkan apa yang ada.

“Para pegawai bekerja dari pagi sampai sore. Rata-rata perhari seorang pegawai mampu menghasilkan tikar tenun sepanjang 13 meter,” bebernya.

Menurut Ahmad, bahan baku tikar tenun adalah benang poliester yang diambil dari Majalaya (Jawa Barat) dan Malang (Jawa Timur). Sebagian adalah sisa limbah, tapi sebagian adalah bahan kualitas bagus. Dalam sebulan, industri rumahan milik Ahmad mampu menghasilkan 400 buah tikar tenun berukuran 3 meter x 2 meter.

Tikar tenun hasil dari kerajinan rumahan Ahmad motifnya beragam, dari yang berwarna kalem hingga cerah. Semuanya hasil inisiatif sendiri. Menurut Ahmad, tikar bermotif cerah cenderung lebih diminati.

“Satu tikar ukuran 3 meter x 2 meter dibanderol Rp53.000. Pemasarannya ke Solo, Tasikmalaya, hingga Kalimantan. Biasanya barang dikirim setiap dua pekan sekali,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya