SOLOPOS.COM - Monumen MBKD Pos X-1 1948-1949 didirikan di Dukuh Pecokan, Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo didirikan sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan para pahlawan melawan penjajah ketika terjadi agresi militer Belanda II 1948. Foto diambil Minggu (7/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Sekitar tiga bulan Abdul Haris Nasution bersama rombongannya bermarkas di Desa Kepurun, Manisrenggo, Klaten. Desa itu dijadikan salah satu tempat untuk mengatur perang gerilya setelah pindah dari Desa Taskombang, Manisrenggo.

Seluruh serangan yang dilancarkan dilaporkan ke markas tersebut.  Lantaran keberadaan pasukan Belanda kian mendekati wilayah Kepurun, A.H. Nasution lantas berpindah tempat hingga ke Kulonprogo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Untuk mengenang sejarah perjuangan melawan penjajah itu, monumen MBKD Pos X-1 1948-1949 didirikan di Dukuh Pecokan. Monumen itu diresmikan Wakil Presiden Indonesia, Adam Malik pada 19 Desember 1982.

Baca Juga: Jejak A.H. Nasution di Klaten, dari Desa Taskombang sampai Kepurun

Dalam monumen itu juga terdapat kutipan perintah kilat Panglima Besar Angkatan Perang Letnan Jenderal Soedirman yang salah satunya berisi perintah agar semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda.

Monumen itu berdiri tepat di depan rumah Kades Kepurun yang pernah menjadi markas A.H. Nasution bersama pasukannya.

Sayang, kondisi rumah tersebut kini tersisa pondasi serta beberapa bagian tembok rumah. Dari kondisinya, rumah tersebut sudah sejak lama tak ditempati.

Baca Juga: Pabrik Garmen di Klaten Selatan Gulung Tikar, 200 Karyawan di-PHK

Seperti diberitikan, jejak perjuangan pahlawan guna mempertahankan kemerdekaan ada di Kabupaten Klaten. Salah satunya jejak perjalanan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution atau yang akrab disapa A.H. Nasution bersama pasukannya ketika melancarkan strategi perang gerilya melawan penjajah.

Saat agresi militer Belanda II pada 1948, pasukan Belanda menduduki Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota RI. Selain itu, pasukan Belanda menawan presiden, wakil presiden, dan para pejabat pemerintah sipil maupun militer.

Saat penyerangan terjadi, A.H. Nasution bersama rombongan sendang berada di Jawa Timur. Mendapatkan laporan peristiwa penyerangan Belanda, A.H. Nasution bergegas kembali ke Yogyakarta. Namun, perjalanan mereka terhenti sampai di daerah Prambanan, Klaten, lantaran Belanda sudah menguasai Yogyakarta.

Baca Juga: Innalillahi…Bakul Cilok di Boyolali Meninggal Dunia Dianiaya ODGJ

A.H. Nasution bersama rombongan lantas menuju ke wilayah utara atau mengarah ke lereng Gunung Merapi. Dari stasiun Srowot, mereka berjalan kaki hingga ke Desa Taskombang dan singgah di salah satu rumah.

Tempat yang kali pertama digunakan persinggahan rombongan A.H. Nasution yakni rumah Parto Wirjono, Kades pertama Taskombang. Lokasinya berada di tengah permukiman Dukuh Jumblengan.

Salah satu warga Dukuh Jumblengan, Anis Rohmad, 46, mengatakan A.H. Nasution sempat berada di rumah itu selama beberapa hari. Setelah tinggal di tempat itu, A.H. Nasution lantas berpindah ke Desa Kepurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya