SOLOPOS.COM - Pendapa Kantor Kepala Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (27/11/2021). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Asal usul Desa Jangglengan di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, tak lepas dari sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Wilayah selatan Desa Jangglengan berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Sementara wilayah utara, barat, dan timur berbatasan dengan Desa Pengkol, Desa Serut, dan Desa Tanjung Rejo.

Zaman dahulu, wilayah Desa Jangglengan merupakan hutan pohon jati. Jumlah pohon jati yang tumbuh di lokasi itu bisa mencapai ribuan batang. Mayoritas pohon jati itu berukuran besar dengan diameter di atas satu meter. Dari banyaknya pohon jati ini asal mula nama Desa Jangglengan yang dalam bahasa Jawa berarti buah jati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kala itu, Keraton Solo dipimpin oleh Paku Buwono (PB) IX yang mendapat wangsit untuk membangun pesanggrahan di sekitar Bengawan Solo. PB IX mengutus kerabat keraton untuk mencari daerah yang cocok untuk dibangun pesanggrahan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Tersebar di 85 Warung, Konsumsi Anjing di Soloraya 13.700 Ekor/Bulan

“Utusan PB IX menyusuri Bengawan Solo untuk mencari lokasi tersebut. Mereka berjalan kaki selama berhari-hari,” kata seorang sesepuh Desa Jangglengan, Sumito, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (27/11/2021).

Rombongan kerabat keraton itu akhirnya sampai di hutan jati yang letaknya tak jauh dari Bengawan Solo. Hutan jati itu dianggap paling cocok sebagai lokasi pesanggrahan. Mereka lantas mengumpulkan batang kayu jati dan mulai membangun pesanggrahan.

Beberapa hari kemudian, PB IX mendatangi lokasi itu untuk bertapa atau meditasi selama beberapa hari. Raja Keraton Solo itu duduk di gundukan tanah yang dikelilingi pohon-pohon jati.

“Lokasi pesanggrahan PB IX terletak di tengah hutan jati. Beliau melakukan semadi untuk mencari ilham,” ujar dia.

Tak hanya sekali, PB IX kerap mengunjungi pesanggrahan itu beberapa kali. PB IX memimpin Keraton Solo selama lebih dari 30 tahun. Lokasi pesanggrahan PB IX itu merupakan tempat keramat di hutan jati. Hanya Raja Keraton Solo dan kerabat keraton yang kerap mengunjungi pesanggrahan tersebut.

Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik untuk membangun rumah di sekitar hutan jati. Mereka menggunakan batang pohon jati untuk membangun rumah dan menetap di daerah tersebut. “Sekarang masih ada pohon jati yang berukuran besar walaupun jumlahnya sedikit. Hutan jati berubah menjadi permukiman penduduk,” papar dia.

Kepala Desa Jangglengan, Sutoyo, mengatakan pohon jati yang tumbuh di desanya berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi. Hampir setiap warga desa memiliki pohon jati di pekarangan rumahnya. Pohon jati bisa tumbuh hingga ratusan tahun. Semakin tua, kayu pohon jati semakin berkualitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya