SOLOPOS.COM - Sapi yang terkena PMK tidak boleh dijadikan hewan kurban. (Ilustrasi/Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Tingginya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, ditengarai bermula dari perilaku pelaku usaha peternakan yang tak awas saat membeli sapi. Para peternak nekat membeli sapi-sapi dari Jawa Timur yang sekarang jadi pusat penularan PMK.

Camat Bulukerto, Djuwarijah, menyebutkan empat desa yang menjadi tempat penularan PMK di wilayahnya, antara lain Desa Conto, Bulurejo, Ngaglik, dan Bulukerto. Dari berbagai daerah itu, pusat penularan PMK di Kecamatan Bulukerto berlokasi di Dusun Dagangan, Desa Ngaglik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang ia himpun dan dilaporkan ke Pemkab Wonogiri, Jumat (10/6/2022), terdapat 121 sapi dan 20 kambing yang terpapar PMK.

“Paling banyak memang di Desa Ngaglik. Tapi sekarang, semuanya sudah dalam masa penyembuhan,” kata Djuwarijah saat dihubungi Solopos.com, Senin (13/6/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Djuwariyah mengatakan Dusun Dagangan, Desa Ngaglik menjadi pusat penularan PMK di Bulukerto karena rata-rata masyarakat di dusun setempat berprofesi sebagai jagal, blantik, dan pedagang. Mereka biasa membeli sapi-sapi dari Jawa Timur, terutama Ngawi dan Magetan.

Baca Juga: Pemkab Mendadak Setop Rilis Kasus PMK Wonogiri ke Publik, Ada Apa?

Djuwariyah meyakini awal penularan PMK yang terjadi di Ngaglik saat para peternak membeli sapi dari Ngawi. Begitu PMK menyerang sapi di Dusun Dagangan, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimca) dan Pemdes Ngaglik menggelar sosialisasi ke peternak, Kamis (2/6/2022).

Sosialisasi berlangsung pascasatu pekan kebijakan penutupan pasar hewan di Wonogiri. Sosialisasi melibatkan tim penanganan PMK di Wonogiri timur yang dibentuk Bupati Wonogiri, Joko Sutopo.

“Waktu itu ada 70-an pelaku usaha yang datang sebagai peserta. Hasilnya, semua berkomitmen berhenti beraktivitas berdagang ternak sementara waktu. Kami juga mengimbau para peternak agar cepat melapor ke petugas puskeswan [pusat kesehatan hewan] kalau ada hewan ternak yang terkena PMK,” imbuhnya.

Djuwariyah mengatakan penyembuhan PMK bakal membutuhkan waktu rerlatif lama jika kasus tersebut tak segera dilaporkan dan ditangani petugas. Sebagian peternak yang terlambat melapor biasanya langsung buru-buru menyembelih hewan ternaknya karena sudah sakit parah.

Baca Juga: Liku-liku Peternak Wonogiri Menembus Niaga Ternak di Tengah Wabah PMK

“Banyak peternak yang enggan cepat-cepat melapor jika sapinya terpapar PMK [jumlah kasus PMK di Bulukerto lebih banyak dari data yang dihimpun]. Padahal, jika para peternak melapor lebih cepat, petugas bersedia datang dan mengobati dengan tingkat kesembuhan 99 persen. Meski wabah PMK meluas, sikap kooperatif peternak dapat mengurangi tingkat kerugian yang kini banyak mereka alami,” katanya.

Disinggung mengenai penjagaan lalu lintas ternak, Djuwarijah mengatakan aparat kepolisian sudah memperketat penjagaan di perbatasan. Sayangnya, penjagaan di perbatasan tak dapat dilakukan selama 24 jam dalam sehari.

Kapolsek Bulukerto, AKP Sandiya, ketika dikonfirmasi, Senin (13/6/2022), membenarkan bahwa setiap hari telah menerjunkan personelnya berpatroli memantau lalu lintas ternak. Tetapi langkah itu tak bisa dilakukan setiap waktu. Sebab, aparat polisi hanya dapat memberikan imbauan. Penilangan dan pelarangan berdagang bukan menjadi ranah polisi.

“Kami setiap hari masih turun ke kandang-kandang milik peternak. Tapi hanya sekali. Enggak bisa dalam satu hari beberapa kali. Di kandang-kandang itu kami terus sosialisasikan dan imbau agar berhenti dulu. Soal penyekatan wilayah, saat ini kami melakukan patroli setiap hari,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya