Solopos.com, KLATEN -- Desa-desa di Cawas, Klaten, juga menerapkan lockdown seperti di beberapa daerah lain. Warga berinisiatif menutup akses jalan utama kampung untuk mencegah persebaran virus corona atau Covid-19.
Informasi yang diterima Solopos.com, Sabtu (28/3/2020), desa di Cawas, Klaten yang juga menerapkan lockdown lokal di antaranya RW 06 Dukuh Namengan, Karangasem; RW 07 Dukuh Jongg0, Gadingan.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Desa lainnya yang juga menerapkan sistem lockdown yaitu di Desa Bawak tepatnya di RW 01 Dukuh Krajegan, RW 02 Dukuh Gowangsan, dan RW 07 Dukuh Bawak.
Besok! Pesawat Aeroflot Evakuasi Warga Rusia dari Bali
Warga desa di Cawas, Klaten menutup akses jalan kampung. Sejak Sabtu sore, warga bekerja bakti menutup jalan kampung.
Di Karangasem dan Gadingan warga luar yang akan masuk melewati 1 pintu keluar masuk agar mudah dalam pengawasan.
Kemudian warga yang akan keluar dan masuk disemprot cairan disinfektan untuk pencegahan dini penularan virus corona.
Lalu Lintas Pedagang
Sedangkan di Desa Bawak ada tiga RW yang menerapkan lockdown lokal. Warga desa di Cawas, Klaten ini memutuskan untuk menerapkan lockdown lokal karena wilayah itu merupakan jalur lalu lintas pedagang dan warga luar yang akan pergi belanja ke Pasar Masaran, Cawas.
Sempat ke Pasar, Anggota DPR Imam Suroso Meninggal Positif Corona
Selama ini jalan desa itu kerap dilintasi warga dari Kecamatan Bayat yang hendak menuju pasar di Cawas. Sebelumnya, langkah desa melakukan lockdown diambil di beberapa daerah mulai Sleman, Sukoharjo, dan Sragen.
Di Klaten, warga Dukuh Karangwuni Kulon, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, ikut melakukan lockdown demi mencegah persebaran Covid-19 di kampung mereka. Warga menutup empat akses masuk menuju kampung.
Ketua RW 001, Sumpono, 60, mengatakan lockdown kampung dilakukan lantaran banyak warga di wilayah Karangwuni Kulon, Klaten, yang merantau. Kebanyakan dari mereka bekerja di Jakarta atau Jawa Barat.
Lockdown Kampung Ala Wong Sragen, Bagaimana Aturannya?
“Warga di sini banyak yang perantauan. Mereka bekerja dan berinteraksi dengan siapa saja. Makanya, kami lakukan ini untuk mencegah agar warga atau tamu yang datang itu ketika masuk kampung tak membawa Covid-19,” kata Sumpono saat ditemui Solopos.com, Sabtu (28/3/2020).