SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO-Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, memiliki wisata religi Sendang Pancuran yang berada di Dukuh Pancuran. Wisata religi ini adalah tempat wisata yang ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari-hari tertentu seperti malam Jumat.

Wisata religi di Sendang Pancuran memiliki pesona keindahan yang sangat menarik untuk dikunjungi. Banyak masyarakat yang datang dan menjadi salah satu potensi desa bagi Desa Demakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Suasana hening terasa saat tiba di lokasi Sendang Pancuran yang berada di Dukuh Pancuran, Desa Demakan. Terdapat tujuh sendang masing-masing Sendang Dewi Kunti, Sendang Kamulyanan, Sendang Tolakbala, Sendang Segerwaras, Sendang Putriayu, Sendang pengantin Kakung dan Putri.

Sumber air ini bahkan tidak pernah mengering di musim kemarau panjang sekalipun. Masyarakat pun lantas berbondong-bondong datang ke kawasan itu. Bahkan setiap malam Jumat, Sendang Pancuran ramai pengunjung. Cerita rakyat yang berkembang di masyarakat mata air itu dipercaya memiliki khasiat masing-masing.

“Potensi wisata religi ini yang ingin kami kembangkan agar mampu menggenjot sektor pendapatan bagi desa dan masyarakat setempat,” kata Kades Demakan, M. Harian Mulhadi ketika berbincang dengan Solopos, Minggu (9/6)/2019.

Berbagai perbaikan akan dilakukan guna mempercantik kawasan Sendang Pancuran. Perbaikan akan dilakukan mulai dari gapura masuk hingga area Sendang Pancuran. Kondisi ini akan menambah daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan wisata religi di Sendang Pancuran tersebut.

Tak hanya pengembangan potensi wisata religi, Desa Demakan juga terus mengembangkan potensi lain seperti industri genting dan batu bata yang merupakan peninggalan turun temurun. Industri genting dan batu bata ini tersebar hampir merata di wilayah Demakan. Usaha pembuatan genting dan batu bata ini terlihat memenuhi halaman rumah-rumah penduduk saat memasuki sejumlah perkampungan di sana.

Genting ini diletakkan berjajar tak hanya di halaman rumah, namun juga memenuhi pinggir-pinggir jalanan kampung. Hampir di tiap rumah pun terlihat aktivitas warga dari tengah mengolah tanah liat, mencetak hingga membakar genting di tobong. Seolah mereka tak mengenal hari libur, para warga tetap beraktivitas memproduksi genting.

Kerajinan ini menjadi keahlian turun temurun, sehingga tetap terjaga sampai di masa modern saat ini. Sama halnya bisnis industri kecil lain, produksi genting juga mengalami pasang surut. Kondisi ini dipengaruhi berbagai faktor, selain permintaan konsumen, cuaca juga ketersedian bahan baku untuk pembuatan genteng. Beruntung sejauh ini ketersediaan bahan baku berupa tanah liat sangat berlimpah.

Produksi genting yang telah lama berjalan ini telah menjadi salah satu potensi desa. Warga mengandalkan pendapatannya dari hasil industri genting tersebut. Pemasarannya pun kini telah dikirim lintas daerah karena memiliki harga pasaran yang lebih murah di banding harga genteng di wilayah lain.

Ketua RW 009 Kampung Nandan, Desa Demakan, Mojolaban, Suparno, 41, mengatakan industri genteng tanah liat masih eksis hingga saat ini. Dukuh Nandan memang selama ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil genteng, bahkan dari luar daerah banyak yang membeli di sini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya