SOLOPOS.COM - Dokumentasi bangunan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di Dusun Nglinggo, Desa Buran, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. Foto (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)


Bangunan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di Dusun Nglinggo, Desa Buran, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. Foto diambil baru-baru ini. (Tri Indriawati/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR–Masyarakat Desa Buran, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar tengah bersiap mengoperasikan instalasi pengelohan limbah yang telah dirancang selama setahun terakhir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bangunan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan limbah telah berdiri di atas tanah kas desa seluas 6000 meter persegi di Dusun Nglinggo, Desa Buran.  Sebuah alat pengolahan sampah seharga Rp23 juta juga sudah dihibahkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Karanganyar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Alatnya sudah ada, tapi pintunya belum ada, jadi kami masih menunggu bantuan pintu untuk alat itu. Targetnya bulan ini [Juni]  sudah bisa beroperasi,” urai Kepala Dusun (Kadus) Kranggan, Buran, Tasikmadu, Sunardi, kepada  Solopos.com, baru-baru ini.

Dengan alat itu, limbah rumah tangga berbahan organik akan diolah menjadi pupuk kompos. Nantinya, pupuk bisa digunakan untuk bertani warga setempat. Menurut Sunardi, telah terdapat beberapa koperasi pertanian yang siap menampung pupuk kompos produksi masyarakat Buran.

“Nanti pupuknya akan dijual, penghasilannya untuk menutup biaya operasional. Kalau ada sisanya untuk masyarakat,” imbuh dia.

Bank Sampah

Selain itu, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Maju Lancar Desa Buran selaku pengelola program pengolahan limbah akan membuka bank sampah. Setiap penduduk diwajibkan memisahkan sampah organik dan non-organik untuk diserahkan kepada BKM.

Suhardi mengatakan sampah tidak diserahkan secara cuma-cuma. Warga akan menerima bayaran untuk sampah yang disetorkan setiap bulan. “Setiap hari, sampah yang diserahkan akan ditimbang, nanti dilihat totalnya satu bulan berapa, terus kami akan memberikan imbalan dari laba yang dihasilkan,” terangnya.

Selain pengolahan sampah organik menjadi pupuk, masyarakat juga diajak mengolah sampah non-organik menjadi kerajinan tangan. Beberapa kali, Pemerintah Desa (Pemdes) Buran menggelar pelatihan kerajinan tangan kepada masyarakat. Kini, sebagian warga telah aktif menjadi pengrajin sampah non-organik.

Menurut Sunardi, ide awal pengelohan limbah itu berasal dari masyarakat setempat. Warga desa jengah pada persoalan sampah yang kerap menggunung di wilayah itu. Mereka kemudian bersama-sama memikirkan solusi penanganan masalah sampah. “Itu murni programnya masyarakat, bukan program pemerintah desa, jadi yang mengusulkan ya masyarakat,” ungkap dia.

Salah seorang warga Nglinggo, Rubiyem, mengaku senang dengan rencana pembukaan instalasi pengolahan sampah di desanya. Dia juga siap beralih ke pupuk kompos produksi warga untuk merawat tanaman padi di sawahnya. Menurutnya, selama ini sampah banyak bertebaran dan kurang terkelola dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya