SOLOPOS.COM - Bus antarkota antarprovinsi (AKAP) terparkir dan tak beroperasi di Terminal Ir Soekarno Klaten karena ada larangan mudik, Jumat (7/5/2021). (Istimewa/Petugas Terminal Ir Soekarno Klaten)

Solopos.com, KLATEN -- Saptono, 42, berjalan lesu menenteng tas penuh dengan pakaian meninggalkan bus di mana ia menjadi sopir di Terminal Ir Soekarno Klaten, Kamis (6/5/2021).

Rabu (5/5/2021) malam hingga Kamis (6/5/2021) dini hari itu menjadi perjalanan terakhirnya membawa bus PO Gunung Harta dari Bali ke Jogja sebelum libur panjang karena larangan mudik Lebaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selepas perjalanan itu, Saptono terpaksa libur dua pekan menyusul larangan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021 dan transportasi umum dilarang beroperasi. Saptono belum terpikir akan melakukan apa selama dua pekan ke depan agar tetap bisa memperoleh penghasilan.

Baca Juga: Tak Ada Penumpang Turun di Terminal Ir Soekarno Klaten Sejak Kamis Malam, 23 Bus Nganggur

Satu hal yang pasti, sopir bus asal di Klaten itu ingin pulang ke rumahnya di Salatiga dan melepas kangen dengan ketiga anaknya.

“Kalau mau pulang anak sudah minta ayah bawa duit. Kenyataannya tidak bawa apa-apa. Ya nanti gali lubang tutup lubang. Prediksi kami sebelum ada larangan mudik penumpang melonjak. Ternyata tidak karena penumpang sudah ketakutan mau naik bus harus rapid test dan sebagainya,” kata Saptono saat ditemui Solopos.com di Terminal Ir Soekarno Klaten, Kamis (6/5/2021) siang.

Dinanti-Nanti

Lebaran menjadi momen yang dinanti-nanti para sopir bus. Penumpang membeludak membuat para sopir memperoleh pendapatan berlipat-lipat. Tetapi tidak sejak ada pandemi Covid-19. Dua kali Lebaran, sopir bus hanya bisa gigit jari.

Baca Juga: Dinkopnaker Boyolali Klaim Masalah THR Pan Brothers Sudah Tuntas

“Padahal titik seperti saat ini yang kami damba-dambakan. Lonjakan jumlah penumpang lebih banyak, harga tiket bisa dua kali lipat. Tetapi kan sekarang semuanya hanya hampa. Ya tidak tahu lah nasib kami ke depan. Kami juga tidak mau menekan ke perusahaan karena perusahaan juga sudah pusing seluruh armada tidak bisa jalan,” kata Saptono.

Saptono mengatakan selama ini para sopir termasuk yang beroperasi di wilayah Klaten berusaha mematuhi aturan pemerintah termasuk ketentuan pencegahan persebaran Covid-19 di transportasi umum. Seperti mengatur jarak penumpang, membatasi jumlah penumpang, hingga melakukan pemeriksaan deteksi Covid-19.

“Tetapi kenapa untuk transportasi ini dipersulit, sedangkan wisata tetap dibuka. Pasar-pasar dibebaskan berkerumun. Saya juga ngiri. Kalau memang mau antisipasi Covid-19, ya sudah ditutup semuanya sekalian selama tiga atau empat hari seperti Nyepi di Bali,” kata Saptono.

Baca Juga: Wisata di Klaten Tetap Buka, Halalbihalal Diimbau Secara Virtual

Kebijakan Pemerintah Memberatkan

Saptono menilai kebijakan pemerintah untuk transportasi umum terutama bus memberatkan. Sebelum memasuki masa larangan mudik Lebaran, para sopir serta kru bus sudah berupaya memenuhi ketentuan. Misalnya mewajibkan penumpang serta kru bus mengikuti tes deteksi Covid-19.

“Di jalan masih banyak kendala. Ada yang tidak boleh menurunkan penumpang sampai disuruh putar balik. Ada juga bus yang ditahan. Padahal penumpang dan kru sudah memenuhi syarat seperti tes antigen dan itu beroperasi sebelum 6 Mei 2021,” kata sopir bus di Klaten itu.

Keluhan serupa disampaikan sopir bus lainnya, Revan, 23, warga Kabupaten Karanganyar. Senada dengan Saptono, Revan yang sudah enam tahun terakhir jadi sopir bus mengatakan Lebaran semestinya menjadi waktu untuk mendulang rezeki.

Baca Juga: Terminal Klaten Kian Lengang Mendekati Lebaran

“Lebaran seperti ini biasanya mencari uang lebih mudah jika dibandingkan hari biasa yang sepi. Tetapi ini justru diberhentikan tanpa penjelasan dan diskusi termasuk memikirkan nasib kru sampai perusahaan ke depan. Sangat disayangkan,” kata sopir bus PO Bhaladika tersebut.

Penumpang Membatalkan Tiket

Revan kali terakhir menyopiri bus dari Tangerang ke Jogja pada Rabu-Kamis pagi. Awalnya, ia sudah bahagia perjalanan kali terakhir itu seluruh tempat duduk yang disediakan dipenuhi penumpang.

Namun, lantaran santer beredar informasi ada pemeriksaan hingga penyekatan pemudik, para penumpang memilih membatalkan perjalanan.

Baca Juga: 12 Kendaraan Pemudik Diputar Balik di Prambanan Klaten, Ada yang Bermotor

“Dari awal itu tempat duduk yang disediakan untuk 30 penumpang, pemesannya sudah penuh. Saya sudah senang pulang bawa banyak penumpang. Tetapi kenyataannya hanya bawa 10 orang dan itu saja gabungan dengan penumpang dari Bogor. Awalnya ada tiga bus yang beroperasi mengangkut penumpang akhirnya menjadi satu bus,” kata Revan.

Saptono dan Revan berharap ada perhatian dari pemerintah kepada para kru bus. Setidaknya, mereka bisa mendapatkan kompensasi dari pemerintah karena pada Lebaran tahun ini bus-bus kembali dilarang beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya