SOLOPOS.COM - Sudadi menunjukkan seragam dinasnya sewaktu bertugas di Keraton Agung Sejagat (KAS), di rumahnya, Desa Plumbon, Kapanewon, Temon, Kulonprogo, Kamis (16/1/2020). (Harian Jogja-Jalu Rahman Dewantara)

Solopos.com, KULONPROGO -- Korban penipuan Keraton Agung Sejagat (KAS) terus bermunculan. Sudadi, seorang mantan kepala desa di Kulonprogo, adalah salah satunya. Kini dia hanya bisa pasrah karena uang jutaan rupiah yang telah digelontorkan untuk KAS bisa lenyap.

Uang itu harus dia relakan setelah pendiri sekaligus raja keraton abal-abal itu, Totok Santoso, dibekuk jajaran Polda Jawa Tengah, pada Selasa (14/1/2020) malam lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Terus terang saya prihatin, kenapa kok bisa terjadi seperti ini, semula ada harapan yang dijanjikan Pak Totok, tapi ternyata kenyataan malah berbicara lain. Saya ambil hikmahnya saja," ujar Sudadi, saat ditemui awak media di rumahnya di kawasan Desa Plumbon, Kapanewon Temon, Kulonprogo, Kamis (16/1/2020) siang.

Sudadi mengaku sebagai korban janji manis Totok. Sejak bergabung di KAS (sebelumnya bernama World Empire) pada 2018, pria berusia 70 tahun ini bukannya memperoleh pundi-pundi rupiah seperti yang dijanjikan Totok. Sebaliknya, dia justru harus mengeluarkan banyak uang untuk Kerajaan Agung Sejagat.

Ekspedisi Mudik 2024

Mulai dari membayar biaya pendaftaran sebesar Rp2,1 juta, iuran bulanan, biaya operasional yang ditanggung sendiri, hingga yang terakhir membayar seragam "dinas" keraton senilai Rp2 juta. "Kalau dihitung-dihitung ya sudah banyak," ungkapnya.

Kerugian materi yang diderita mantan Kepala Desa Plumbon ini diperkirakan jauh lebih besar mengingat sebelumnya dia juga aktif dalam Kulonprogo Development Committee (KKP DEC). Organisasi tersebut merupakan cabang dari Yogyakarta Development Committee (Yogyakarta-DEC). Sosok di balik lahirnya organisasi Yogyakarta-DEC tak lain adalah Totok Santoso.

Sudadi direkrut menjadi koordinator KKP DEC pada 2014. Bermula dari ajakan seorang kawan, dia tertarik bergabung karena organisasi ini awalnya fokus untuk kepentingan kemanusiaan. Rasa tertariknya semakin besar tatkala tahu bahwa tiap anggota bakal dapat upah yang nilainya bisa lebih dari Rp50 juta per bulan.

Namun belakangan janji itu hanya bualan semata. Hingga bubar pada 2018, Sudadi tak pernah dapat sepeserpun dari organisasi tersebut. Ia justru harus mengeluarkan uang yang tak pernah ia hitung berapa totalnya.

Maha Menteri

Di tahun yang sama saat organisasi tersebut bubar, Sudadi ditawari Totok untuk ikut gabung Keraton Agung Sejagat. Konsepnya mirip-mirip KKP DEC, dan untuk sekali lagi ia termakan bujuk rayu.

Di struktur KAS, pria yang pernah mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPRD Kulonprogo ini didapuk sebagai mahamenteri dengan tiga bintang di pundaknya. Jabatan itu bisa langsung dia peroleh karena perannya sewaktu di KKP DEC cukup penting.

"Di KKP DEC juga ada pangkat-pangkatan kaya gini. Nah waktu itu saya masih bintang dua, tapi teman-teman meminta Pak Totok untuk menaikkan pangkat saya ke bintang tiga, alasannya saya itu sudah koordinator masa cuma bintang dua," ungkapnya.

Mahamenteri bertugas mengkoordinir para menteri, mirip Menteri Koordinator di struktur Pemerintahan Indonesia. Adapun gaji yang dijanjikan untuk posisi maha menteri tak main-main. Gaji tiap bulannya mencapai ratusan juta rupiah. Namun, janji tinggalah janji. Sampai akhirnya sang pendiri kerajaan abal-abal itu diringkus polisi, gaji tersebut tak pernah terbayarkan.

Meski telah dikelabui dan menyatakan sebagai korban, Sudadi mengaku tak akan menuntut Totok Santoso. Dia memilih jalur damai dan memaafkan apa yang sudah diperbuat mantan junjungannya tersebut.

"Ini menurut saya musibah, kemudian kami coba untuk mengkoordinasikan ke temen-temen apalagi yang sekarang ini katanya dirugikan, kita coba untuk saling memaafkan, saya tidak menuntut Pak Totok, ini juga musibah bagi beliau," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya