SOLOPOS.COM - Juru Parkir yang ada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Laweyan, Solo. Rabu (24/5/2023) (Solopos.com/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Sepak terjang juru parkir (jukir) liar selalu menjadi keluhan jukir resmi dari waktu ke waktu.

Keluhan jukir resmi itu didasari pada fakta pendapatan mereka kalah dibandingkan dengan jukir liar yang tak harus setor ke kas daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penelusuran Solopos.com beberapa hari lalu, jukir resmi di Kota Solo, mengaku mendapatkan hingga Rp150.000 per hari untuk parkir motor dan mobil.

Sedangkan beberapa jukir liar mengaku bisa mendapatkan Rp500.000 per hari.

Ekspedisi Mudik 2024

Para jukir resmi mengaku pendapatan per hari sangat bergantung dari adanya kegiatan ataupun lokasi tempat mereka menarik retribusi.

Para jukir resmi ini terganggu dengan banyaknya jukir ilegal yang menjamur lagi di Kota Solo.

Ironisnya, para jukir liar juga bisa mendapatkan seragam sehingga seolah-olah mereka jukir yang legal.

Salah satu jukir resmi, Purwanto, 54, yang beroperasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, bercerita kepada Solopos.com, bercerita sudah menjadi jukir sejak tahun 1992.

Ia kali pertama menjadi jukir di daerah Serengan.

“Saya sudah jadi jukir sejak 1992. Dulu kalau pagi bantu ibu jualan nasi, siang narik parkir di Ngarsopuran atau Singosaren, malamnya narik becak. Sekarang sudah jadi tukang parkir saja, sama sesekali membantu istri jualan makanan di daerah Sriwaru,” jelasnya.

Purwanto bercerita setiap hari bisa mendapatkan Rp75.000 hingga Rp150.000, mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Ia menyebut, uang tersebut kemudian diberikan kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, karena merupakan bentuk retribusi resmi.

“Kalau saya sistemnya kan digaji, jadi ada pemasukan masuknya retribusi ke daerah melalui Dishub. Kalau saya per hari bisa dapat Rp75.000 sampai Rp150.000 kalau lagi ramai, nanti kalau ada yang punya hajatan beda lagi pemasukannya, saya dapat tambahan pemasukan, sekitar Rp150.000, seringnya di akhir pekan,” jelasnya.

Purwanto mengaku, pendapatannya sekarang tidak sebesar dulu.

Ia menyebut, kini kian banyak juru parkir liar yang beroperasi dan otomatis mengurangi pendapatannya.

Purwanto menjelaskan, banyak jukir liar yang bisa mendapatkan seragam dan seolah bertugas seperti jukir resmi.

“Dulu bisa dapat sampai Rp200.000 atau Rp300.000, tapi karena sekarang wilayahnya dibagi sama beberapa rekanan jadi berkurang. Ditambah sekarang jukir ilegal banyak sekali, apalagi yang menuju Laweyan, mereka bisa dapat Rp150.000 per hari dan masuk kantong pribadi. Anehnya, mereka kadang ya pakai seragam seperti jukir resmi, ketika ditanya mereka bilang itu pinjam,” jelasnya.

Bergantung Banyak Acara

Cerita serupa diungkapkan oleh Fajar Suryo, 35, yang biasa beroperasi di sekitar Jalan Dr. Radjiman.

Ia menyebut sudah bekerja sebagai jukir sejak 2004. Fajar menyebut, kebutuhan dana membuatnya memilih menjadi jukir.

“Saya sudah beroperasi sejak 2004, dulu masih ilegal, operasinya di sekitar Matahari Singosaren sama kadang di daerah Coyudan, dulu kerjanya dari pagi sampai malam. Kalau sekarang paling pukul 09.00 WIB sampai selesai sekitar pukul 19.00 WIB,” jelasnya.

Ia mengaku pendapatannya per hari bisa mencapai Rp150.000 hingga Rp300.000 per hari.

Fajar menjelaskan pendapatannya per tahun fluktuatif. Meski demikian, ia menyebut pendapatannya sangat tergantung dengan banyaknya acara.

“Per hari bisa sampai Rp300.000 per hari, tapi kan ada yang diberikan sebagai retribusi ke pemerintah juga. Kalau tahun per tahun pendapatannya naik turun tapi rata-rata lebih sering turun per tahunnya, sekarang kalau ramai pas ada acara saja, misal ada hajatan nikahan, atau kegiatan di Kelurahan,” ucapnya.

Fajar mengeluhkan, kini banyak jukir ilegal yang beroperasi. Ia menyebut ini mengurangi pendapatan ia dan rekan-rekannya.



Namun ia tidak bisa berbuat banyak karena yang menjadi jukir ilegal masih merupakan teman-temannya.

“Sekarang banyak yang jukir ilegal, itu juga mengurangi pendapatan, biasanya mereka nyambi tukang becak atau beberapa pengangguran yang baru kena PHK. Tapi, ya mau bagaimana, mereka juga teman-teman sendiri, kalau ditegur kan itu rezeki mereka,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya