SOLOPOS.COM - Tim dokter melakukan operasi seorang pasien penderita skoliosis (tulang belakang bengkok) dan hemofili (darah sulit beku) di ruang operasi Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr Soeharso Solo, Rabu (3/10/2012). Operasi terhadap pasien, Bayu Aditya Purbandara ,14, asal Magelang tersebut merupakan kasus langka dan baru pertama kali dilakukan RS Ortopedi. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)


Tim dokter melakukan operasi seorang pasien penderita skoliosis (tulang belakang bengkok) dan hemofili (darah sulit beku) di ruang operasi Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr Soeharso Solo, Rabu (3/10/2012). Operasi terhadap pasien, Bayu Aditya Purbandara ,14, asal Magelang tersebut merupakan kasus langka dan baru pertama kali dilakukan RS Ortopedi. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Bayu Aditya Purbandanu, 14, penderita hemofilia dan skoliosis menghabiskan dana sekitar Rp300 juta untuk khitan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sementara itu pada Rabu (3/10/2012) putra dari pasangan Bambang Hidayat, 56, dan Beni Puji Hastuti, 53, asal Perumahan Lembah Hijau, Jl Sempor 3 B 88, Banyurojo, Mertoyudan, Magelang itu menjalani operasi di RSO Soeharso.

RSO Soeharso dan RSUD dr Moewardi mencatat sejarah setelah mengoperasi Bayu Aditya Purbandanu. Operasi itu merupakan operasi pertama di Indonesia bagi penderita hemofilia dan skoliosis.

Berikut laporan wartawan SOLOPOS, Asiska Riviyastuti.

Tak banyak orang yang masuk kategori hemofilia. Tercatat di Paguyuban Hemofilia Solo hanya 40 anggota penderita hemofilia se-Soloraya. Hemofilia merupakan penyakit yang dialami seseorang karena darah sulit membeku. Penderita hemofilia sangat rawan ketika melakukan operasi karena sekali tergores, darah akan  sulit berhenti.

Hal itu pula yang dialami Bayu Aditya Purbandanu. Selain penderita hemofilia, Bayu juga menderita skoliosis (tulang belakang bengkok). Kemiringan tulang belakang Bayu mencapai 60 derajat sehingga harus segera dioperasi.

”Bayu inginnya dioperasi setelah Ujian Nasional karena sekarang sudah kelas IX, tapi pihak rumah sakit menyarankan untuk segera dioperasi sebelum bengkoknya bertambah parah. Bayu kan masih dalam masa pertumbuhan sehingga dikhawatirkan semakin lama tulang belakangnya semakin bengkok dan akan mengganggu kerja organ tubuhnya,” ungkap Bambang, saat ditemui Solopos.com, Rabu, saat menunggu proses operasi berlangsung.

Bambang dan Puji setia menunggu proses operasi sampai selesai. Menurut Puji, sang anak ingin bisa normal seperti yang lain, jadi ketika ditawari untuk dioperasi sang anak pun menyetujui. Bambang mengungkapkan sebelum operasi, keluarga melakukan pertemuan dengan tim dokter yang akan menangani operasi Bayu guna membahas segala kemungkinan dan prosedur apa saja yang akan dilakukan.

Menurut Puji, penyakit skoliosis yang diderita Bayu baru terdeteksi sekitar satu tahun yang lalu. Pada awalnya, Bayu diperiksakan ke RSUD Kabupaten Magelang. Oleh pihak rumah sakit, Bayu langsung dirujuk RS Ortopedi Prof Dr R Soeharso.

Walaupun menderita skoliosis, kondisi fisik Bayu sehat, sehingga selama ini hanya melakukan rawat jalan. Bambang juga menuturkan, mulai opname di RS Ortopedi pada  Selasa (2/10/2012) siang. Karena penyakit hemofilia yang diderita Bayu, orangtuanya telah mengeluarkan banyak biaya.

Biaya khitan si bungsu mencapai Rp300 juta, untuk operasi cabut gigi menghabiskan dana Rp40 juta rupiah.

Untung saja ayahnya merupakan pensiunan pegawai Pemkab Magelang sehingga sebagian dana tersebut ditanggung Askes. Pada operasi kali ini, pihak keluarga hanya membayar kekurangan biaya operasi sekitar Rp30 juta.

Sementara itu, ketua tim dokter yang menangani operasi Bayu, Dedi Yuli Ismawan, mengungkapkan operasi berjalan lancar dan tidak banyak pendarahan selama operasi. Menurut dokter spesialis anestesi ini, dalam proses pembekuan darah terdapat faktor satu sampai 13, dan Bayu kekurangan faktor delapan. Oleh karena itu, sebelum dan selama operasi Bayu disuntik human plasma faktor delapan untuk membantu pembekuan darah.

Sekali penyuntikan human plasma yang disuntikkan sebanyak 5 botol. Satu botol berisi lima centimeter cubic (cc), sehingga sekali penyuntikan dosis yang diberikan sebanyak 25 cc.
Human plasma faktor delapan ini akan terus diberikan setiap 12 jam sekali selama tiga hari.

”Kalau pasien biasa, biasanya ditempatkan di ICU selama 24 jam, tapi karena ini kasus langka dan baru pertama kali dilakukan, pasien ditempatkan di ICU selama tiga hari untuk mengantisipasi segala kemungkinan,” ungkap Dedi kepada wartawan.

Selama tiga hari berada di ruang ICU, kondisi Bayu akan terus dipantau. Dalam penanganan operasi tersebut selain melibatkan Direktur Utama Prof Dr Respati Suryanto Dradjat SpOT (K) juga bekerja sama dengan dokter spesialis dari RSUD Moewardi, dr Muhamad Rizal SpA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya