SOLOPOS.COM - Suasana Umbul Ponggok di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kamis (7/7/2022). Sebelum ada pandemi Covid-19, umbul itu mampu menyumbang miliaran rupiah ke Desa Ponggok. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kabupaten Klaten disebut-sebut menjadi surga wisata air. Rata-rata umbul atau sumber air yang digarap menjadi wisata dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo sukses mengelola Umbul Ponggok melalui BUM Desa Tirta Mandiri. Sebelum ada pandemi Covid-19, rata-rata omzet per tahun mencapai Rp6 miliar hingga Rp9 miliar. Pendapatan dari pengelolaan Umbul Ponggok pun menjadi penyumbang pendapatan asli desa (PADesa) terbesar di Desa Ponggok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sesuai AD/ART, sebanyak 40 persen dari laba bersih masuk ke PAD Ponggok. Sementara, 60 persen laba bersih digunakan untuk pengembangan. Sebelum ada pandemi, sumbangan laba bersih ke PADesa Ponggok rata-rata lebih dari Rp4 miliar.

Kepala Divisi Wisata Berdesa BUM Desa Tirta Mandiri Ponggok, Suyantoko, mengatakan PADesa yang diperoleh dimanfaatkan kembali untuk kesejahteraan warga Ponggok. Ada sejumlah program yang digulirkan desa memanfaatkan PAD.

Program itu, yakni satu rumah satu sarjana yang sudah digulirkan sejak 2018. Saat ini, ada 64 mahasiswa dari Ponggok yang mendapatkan bantuan dari desa melalui program tersebut. Nilai bantuannya Rp300.000 per bulan.

Baca Juga: Covid-19 Melandai, Disbudporapar Klaten Patok Target Rp2,4 Miliar

Program lain yakni premi BPJS kesehatan ditanggung pemerintah desa. Program itu ditujukan kepada warga yang belum menjadi peserta jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah pusat, daerah, maupun perusahaan. Ada 100-an warga yang premi jaminan kesehatan mereka ditanggung desa.

Satu lagi, yakni program rumah layak homestay. Program itu yakni perbaikan rumah warga dengan memanfaatkan salah satu ruangan rumah untuk homestay.

Soal dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan BUM desa, Suyantoko mengatakan pada 2020 sama sekali tak ada pemasukan terhadap BUM Desa menyusul Umbul Ponggok ditutup selama berbulan-bulan. Pada 2021, omzet yang diperoleh hanya sekitar Rp500 juta. Merosotnya pendapatan BUM Desa itu tak lantas menghentikan program yang sudah digulirkan.

“Program-program ke masyarakat tetap berjalan. Jadi, rencana pembangunan selama 2020-2021 ditunda dan dialihkan membantu perekonomian masyarakat serta menjalankan program-program yang sudah berjalan,” ungkap dia saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (7/7/2022).

Baca Juga: Kenapa di Klaten Banyak Umbul?

Suyantoko optimistis Umbul Ponggok kembali pulih di tahun 2022. Selama setengah tahun terakhir, omzet yang diperoleh BUM Desa dari Umbul Ponggok sudah mencapai sekitar Rp1,5 miliar.

Selain Umbul Ponggok, di Desa Ponggok ada umbul lainnya yang dipoles menjadi wisata, yakni Umbul Besuki dan Umbul Sigedang-Kapilaler. Namun, pengelolaan wisata di kedua umbul tersebut tidak melalui BUM Desa. Sebaliknya, pengelolaan dilakukan melalui Pokja RW.

Desa Wunut, Kecamatan Tulung juga sukses mengelola umbul melalui BUM Desa Sumber Kamulyan. Omzet yang diperoleh BUM Desa Sumber Kamulyan dari pengelolaan Umbul Pelem pada 2021 mencapai Rp2,9 miliar. Sementara, omzet yang diperoleh BUM Desa pada 2020 sekitar Rp1 miliar lantaran objek wisata sering tutup.

Terkait target omzet yang bisa diperoleh pada 2022, Kepala Desa (Kades) Wunut, Iwan Sulistya Setiawan optimistis BUM desa bisa meraih pendapatan dari pengelolaan Umbul Pelem mencapai Rp5 miliar. Sebagian pendapatan yang diperoleh BUM Desa menjadi sumber PADesa Wunut dan dimanfaatkan mendukung kesejahteraan warga.

Baca Juga: Mitos Mandi di Umbul Kroman Klaten, Dipercaya Menambah Aura Kecantikan

“Alhamdulillah pemanfaatannya bisa digunakan untuk BPJS kesehatan bagi warga yang belum punya jaminan kesehatan. Kemudian ada BPJS ketenagakerjaan bagi perangkat desa, BPD, ketua RT/RW, kepala keluarga di Wunut, istri kepala keluarga Desa Wunut. Insyaallah kami akan programkan untuk pendidikan,” kata Iwan.

Direktur BUM Desa Sinergi Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Hartoyo, mengatakan Umbul Manten murni dikelola BUM Desa setempat. Soal omzet yang diperoleh BUM desa dari pengelolaan Umbul Manten, Hartoyo menjelaskan berkisar Rp200 juta-Rp500 juta per tahun. Hartoyo juga menjelaskan sudah dibuat pembagian hasil laba bersih yang diperoleh BUM desa.

“Untuk persentase ke PAD sebesar 40 persen. Untuk RT 12 persen, pengembangan 32 persen, cadangan modal 7 persen, dan lain-lain,” kata dia.

Di Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, ada Umbul Brondong yang juga dipoles menjadi objek wisata. Pengelolaannya juga dilakukan melalui BUM Desa Karunia Sejahtera.

Baca Juga: Sempat Tutup 2 Tahun Saat Pandemi, Begini Kondisi Umbul Susuhan Klaten

“Per tahun omzet ratusan juta rupiah. Tahun 2022 ini kami ditargetkan bisa melebihi Rp300 juta. Semoga saja ini bisa tercapai,” kata dia.

Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Sri Nugroho, mengatakan salah satu andalan wisata di Klaten yakni wisata tirta. Selain dikelola BUM Desa, ada wisata air yang dikelola Pemkab. Wisata air itu yakni Objek Mata Air Cokro (OMAC) serta Umbul Jolotundo.

Pendapatan yang diperoleh dari kedua wisata air itu menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) ke APBD Klaten.



“Memang wisata tirta di Klaten menjadi andalan, seperti di Kecamatan Polanharjo itu perkembangannya luar biasa. Apalagi saat ini berkembang dengan munculnya kuliner-kuliner di sana,” kata Nugroho.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya