SOLOPOS.COM - Petugas memilah sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah di Desa Troketon, Kecamatan Pedan, Klaten, Jumat (2/3/2018). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, KLATEN—Pemkab Klaten membangun depo limbah medis guna menampung limbah medis dari pelayanan kesehatan di Kabupaten Bersinar. Pembangunan depo tersebut untuk menanggapi peningkatan limbah medis sejak pandemi Covid-19.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten, Srihadi, mengatakan depo limbah medis dibangun di Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah Troketon di Kecamatan Pedan. Sumber anggaran berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN atau dari pemerintah pusat senilai Rp1,5 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saat ini masih dalam proses pembangunan,” kata Srihadi saat ditemui di Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara, Rabu (27/10/2021).

Baca Juga: Objek Wisata Klaten Ramai Lagi, Disparbudpora Ingatkan Disiplin Prokes

Ekspedisi Mudik 2024

Depo itu dimanfaatkan untuk menampung limbah medis dari pelayanan kesehatan seperti puskesmas serta klinik. Selama ini, pengelolaan limbah medis dilakukan pelayanan kesehatan bekerja sama dengan swasta.

“Harapannya setelah depo beroperasi nanti pengelolaan limbah medis bisa dilakukan oleh pemerintah daerah,” ungkap dia.

Srihadi menjelaskan pengelolaan limbah medis tak bisa dilakukan sembarangan terlebih ketika pandemi Covid-19. Selama ini, pelayanan kesehatan menyimpan limbah medis yang dihasilkan, kemudian bekerja sama dengan swasta untuk mengambil dan memusnahkan limbah-limbah tersebut.

Baca Juga: Tanah Labil, Jalan dan Bangunan di Desa Jarum Klaten Mudah Retak

Disinggung limbah medis selama pandemi Covid-19, Srihadi menuturkan saat angka kasus Covid-19 di Klaten meninggi beberapa waktu lalu, jumlah total limbah medis mencapai 9 ton per bulan. Namun, belakangan jumlah limbah medis yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan menurun seiring turunnya kasus aktif Covid-19.

“Sekarang ini hitungannya sudah satuan kilogram. Tidak sebanyak sebelum-sebelumnya,” kata dia.

Disinggung limbah medis yang dibuang sembarangan tempat seperti tempat pembuangan sampah pada umumnya, Srihadi menuturkan hingga kini belum ada laporan terkait hal itu. “Belum ada laporan terkait itu. Hanya masker yang dari masyarakat itu,” jelas dia.

Baca Juga: Pemdes Gatak Klaten Peduli Disabilitas, Cairkan Belasan Juta Tiap Tahun

 

24 Meter Kubik

Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten, Dwi Maryono, mengatakan depo limbah medis yang dibangun berkapasitas 24 meter kubik. Lantaran kapasitas masih terbatas, depo tersebut diprioritaskan untuk menampung limbah medis dari puskesmas serta klinik yang menghasilkan limbah medis tak terlampau banyak jika dibandingkan rumah sakit.

“Sebetulnya untuk limbah medis Covid-19. Karena kasus Covid-19 sudah turun, kami rencanakan untuk limbah medis klinik dan puskesmas di Klaten. Jadi nanti DLHK sebagai pengumpul limbah medis. nanti jangka panjang dikembangkan bisa ke limbah B3 secara umum. Saat ini belum sampai ke pemusnahan limbah medis. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa mengarah ke sana,” jelas dia.

Disinggung pengelolaan limbah medis Covid-19 ketika angka kasus meningkat,  Dwi mengakui sempat kesulitan mengelola limbah medis warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Baca Juga: 94 SD di Wonogiri Belum Gelar PTM Terbatas Tahap I, Ini Alasannya

“Kami pantauan pengelolaan limbah medis di isolasi mandiri tingkat kabupaten dan kecamatan. Di luar itu seperti isolasi mandiri di rumah, kami agak kesulitan. Tetapi kemarin sudah bisa diupayakan untuk limbah medis yang menjalani isolasi mandiri di rumah dikelola puskesmas,” kata Dwi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya