SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Sekitar 2.000 dari sekitar 10.000 SMA di Indonesia dinilai dalam keadaan mati suri. Selain kandisi bangunan yang tidak memadai, sekolah-sekolah tersebut juga tidak memiliki cukup siswa.

Hal itu diungkapkan, Kasubdin Kelembagaan Pengembangan SMA, Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar Menengah (Mandikdasmen), Departemen Pandidikan Nasional (Depdiknas), Drs Syamsudin MSi saat ditemui wartawan seusai memberikan sambutan dalam acara penyerahkan sertifikat SMM ISO 9001:2008 kepada SMA Batik 1 Solo, Jumat (17/7).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam kesempatan itu, Syamsudin mengatakan jumlah SMA di Indonesia saat ini mencapai sekitar 10.000 sekolah. Menurutnya, sebanyak 5.240 SMA proses menuju sekolah standar nasional, sekitar 2.000 SMA masuk kategori rintisan sekolah standar nasional, dan 300 SMA masuk kategori (Rintisan Sekolah Bertaraf Nasional (RSBI) yang tersebar di 212 kabupaten/kota, sementara sekitar 2.000 SMA dalam keadaan mati suri.

Syamsudin memaparkan, kebanyakan SMA yang dalam keadaan mati suri itu tidak memiliki cukup siswa. Selain itu, kondisi bangunan sekolah juga dinilai memperihatinkan. Menurut Syamsudin, sekitar 2.000 SMA itu tersebar di seluruh provinsi di Indonesia tanpa terkecuali Provinsi Jawa Tengah.

Ia menambahkan, anggaran pembangunan gedung SMA yang disiapkan pemerintah pusat saat ini relatif terbatas. Dalam hal ini pemerintah menyediakan dana pembangunan untuk SMK daripada SMA dalam rangka mendukung program menciptakan lulusan sekolah yang siap untuk berkerja.

“Kalau dulu jumlah perbandingan SMA:SMK adalah 60:40. Akan tetapi, sekarang rencananya akan dibalik menjadi 30:70,” tuturnya.

m82

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya