SOLOPOS.COM - RUMAH TERDUGA -- Rumah salah satu buronan yang diduga terkait jaringan Cirebon, Nanang Irawan di Dukuh Waringinrejo RT5/RW 21, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jumat (20/5) tampak sepi. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Sukoharjo (Solopos.com) – Nanang Irawan, satu dari lima buronan terduga teroris yang diumumkan Mabes Polri terkait jaringan bom bunuh diri di Masjid Adz Dzkiro Mapolresta Cirebon, merupakan warga Dukuh Waringinrejo RT 5/RW XXI, Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo.

RUMAH TERDUGA -- Rumah salah satu buronan yang diduga terkait jaringan Cirebon, Nanang Irawan di Dukuh Waringinrejo RT5/RW 21, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jumat (20/5) tampak sepi. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Hal itu diketahui setelah pihak keluarga Nanang alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian, mendatangi Mapolsek Grogol beberapa saat setelah menyaksikan siaran jumpa pers dari Mabes Polri di salah satu stasiun televisi swasta, Kamis (19/5). Saat dimintai konfirmasi, Kapolsek Grogol, AKP Agus Setiyono, membenarkan Kamis, sekitar pukul 19.30 WIB ada warga yang mengaku sebagai orangtua Nanang.

“Mereka cuma datang, lalu membenarkan bahwa salah satu DPO (daftar pencarian orang-red) yang disiarkan di televisi itu adalah anak mereka,” papar Agus, Jumat (20/5). Kapolsek menambahkan berdasarkan penuturan dua orang yang datang ke Mapolsek Grogol itu, Nanang sudah beberapa bulan terakhir tidak pulang. Pihak keluarga cukup khawatir, apalagi melalui pernyataan Mabes Polri, Nanang diduga memiliki kaitan dengan teroris jaringan Cirebon.

Berdasarkan informasi yang beredar, rumah Nanang di Desa Cemani telah digeledah aparat kepolisian. Dalam penggeledahan itu, antara lain ditemukan 16 buku-buku tentang jihad, 15 compact disk (CD) dan 14 amplop tim hisbah. Tapi, terkait informasi itu, Kapolsek mengaku tidak tahu. “Saya tidak tahu. Polsek juga belum ada yang mengecek ke rumahnya,” jelas Kapolsek.

Terpisah, Kapolres Sukoharjo, AKBP Prihartono EL, membenarkan ada dua warga Cemani yang mengaku sebagai orangtua Nanang. Setelah orangtua itu melapor ke Polsek, pihak Polres Sukoharjo lalu menindaklanjutinya dengan meminta keterangan lebih jauh kepada kedua orangtua itu. Namun, Polres belum berani memastikan apakah orang tersebut benar-benar orangtua Nanang yang jadi buronan karena terkait teroris jaringan Cirebon atau bukan.

“Kami segera menindaklanjuti untuk mendatangi yang bersangkutan. Berdasarkan keterangan dari orangtuanya, sejak 2010 yang bersangkutan tidak tinggal di rumah. Sejak pertengahan 2010 tidak ada kabar lagi. Soal penggeledahan, ini bukan kewenangan kami. Itu kewenangan Densus atau langsung dari Mabes Polri. Apalagi kami belum tahu itu benar orangtuanya atau tidak,” jelas Prihartono.

Terkait dengan pergerakan kelompok Hisbah di Sukoharjo, Kapolres kembali enggan berkomentar lebih jauh. Dia menyatakan sesuai dengan keterangan dari Kadiv Humas Mabes Polri, kelompok Hisbah berasal dari Solo.“Jadi kalau bilangnya di Solo, bisa juga di Sukoharjo, di Karanganyar, di Boyolali, di Klaten, karena memang Soloraya kan?” ujarnya.

Sementara itu, orangtua Nanang, Lilik Hadi Suprapto, saat dijumpai wartawan di kediamannya, di Dukuh Waringinrejo RT 5/RW XXI, Desa Cemani membenarkan bahwa Nanang adalah anaknya. Dia juga mengatakan hal itu sudah dilaporkan ke polisi. Selanjutnya, Lilik yang juga selaku Ketua RT setempat itu enggan menjawab pertanyaan lebih jauh dari wartawan, termasuk soal penggeledahan di rumahnya. “Nanang memang anak saya. Saya sudah lapor ke polisi, tanya polisi saja. Semua saya serahkan kepada polisi,” ujarnya singkat.

Tidak jelas
Salah satu tetangga Nanang, Narto, 59, mengatakan sejak Kamis, dirinya tidak mengetahui ada polisi yang datang ke rumah Lilik. Dia mengaku kaget dengan dugaan keterlibatan Nanang dengan jaringan terorisme setelah melihat siaran di televisi. “Orangnya biasa. Suka ke masjid, juga sering kumpul ronda. Dulu sepertinya pernah bekerja di salah satu pabrik batik. Tapi terus keluar dan tidak tahu sekarang kerja di mana,” jelas Narto.

Ketua RW XXI, Suyoto, menyatakan tidak mengetahui munculnya kabar mengenai dugaan keterlibatan Nanang dalam aksi terorisme di Mapolresta Cirebon. Dia mengatakan terakhir melihat Nanang di kampung setempat, yaitu sekitar tiga hingga empat bulan lalu. Sejak menikah dan memiliki satu anak, sepengetahuan Suyoto, Nanang masih tinggal bersama orangtuanya di Desa Cemani itu.

Sementara, Polresta Solo masih menyimpan sepeda angin milik terduga teroris, Jaim, yang ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Sejauh ini, kondisi sepeda angin milik warga asli Cirebon itu termasuk kategori layak pakai.

Kapolresta Solo, AKBP Listyo Sigit Prabowo, saat ditemui wartawan di Mapolresta Solo, Jumat, mengatakan aparat kepolisian setempat masih menunggu instruksi dari Densus apakah sepeda angin itu akan dikembalikan ke rumah Jaim atau justru diminta Korps Burung Hantu itu untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut. “Kami hanya dititipi sepeda angin itu. Informasi dari Densus 88 Antiteror, sepeda angin itu benar milik seseorang yang bernama Jaim,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan situasi Kota Solo saat ini masih kondusif pascapenembakan dua terduga teroris, Sigit Qurdowi dan Hendro Yunanto. Dia berharap kondisi serupa akan terus terjaga hingga masa-masa mendatang.

“Waspada pasti kami lakukan. Tapi, saat ini bisa dilihat sendiri di Solo aman terkendali. Kalau ingin tahu soal perkembangan penanganan teroris silakan tanya ke Densus atau di pusat saja (Mabes Polri –red). Karena, kami sifatnya hanya back up kalau dimintai bantuan,” katanya.

hkt/pso

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya