SOLOPOS.COM - Para pekerja menyaring aren yang sudah digiling saat proses pembuatan pati onggok di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Sragen, Rabu (8/11/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pemerintah Denmark memberikan bantuan pembangunan istalasi pengolahan limbah pati onggok.

Solopos.com, KLATEN – Limbah dari perusahaan pati onggok di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, bakal diolah menjadi biogas. Pengelolaan limbah itu didanai Pemerintah Denmark bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dengan nilai total sekitar Rp13 miliar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Camat Tulung, Rohmad Sugiharto, mengatakan kepastian pembangunan instalasi pengolahan limbah pati onggok setelah ada teleconference dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, dan duta besar Denmark untuk Indonesia Oktober 2017 lalu.

“Saat launching itu ada teleconference dengan gubernur dan duta besar. Rencananya menggunakan lahan di utara kantor desa. Bentuk bantuannya nanti berupa pembangunan tempat untuk mengolah limbah cair menjadi biogas,” kata Rohmad saat ditemui wartawan di Tulung, Rabu (8/11/2017).

Kepala Desa (Kades) Daleman, Mursito, mengatakan usaha pati onggok di Desa Daleman sudah ada sejak 1960an. Saat ini, ada sekitar 180 pengusaha pati onggok. Produksi pati onggok desa setempat sudah menjangkau berbagai daerah di Pulau Jawa. Pati onggok biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan suun, dawet, serta hunkwe.

Pati onggok dibuat menggunakan batang pohon aren. Salah satu tahapan pembuatan pati onggok menggunakan kaporit yang ditujukan untuk memutihkan tepung. Penggunaan bahan tersebut dipastikan aman lantaran melalui tahap pembilasan berulang kali. “Ada pembilasan berulang kali hingga kaporitnya itu hilang,” kata dia.

Mursito mengatakan sejak awal limbah cair dari proses produksi pati aren dibuang ke saluran pembuangan terdekat. Sementara, limbah padat berupa ampas aren hanya ditempatkan di halaman tempat produksi. Saban hari, limbah padat yang dihasilkan dari perusahaan di desa setempat sekitar 15 ton.

“Limbah padat itu ada dua jenis, ada yang halus dan kasar. Limbah padat yang halus masih dimanfaatkan untuk pakan ternak, budidaya cacing, serta jamur,” katanya.

Bertambahnya perusahaan pati onggok berdampak pada meningkatnya limbah. Banyaknya limbah cair dari usaha pati onggok membuat air tanah desa setempat tak layak konsumsi. Di lahan pertanian, hasil produksi padi tak bisa maksimal. “Permasalahan air itu sudah ada sejak 1965. Sebagian besar warga saat ini sudah tersambung air bersih dari PDAM,” ungkapnya.

Banyak Bakteri

Mursito menjelaskan sudah ada penelitian kadar air di wilayah Desa Daleman. Hasilnya, air dinyatakan tidak layak konsumsi lantaran mengandung banyak bakteri.

Upaya mengolah limbah usaha pati onggok sudah dilakukan berulang kali. Pada 1990an, ada bantuan dari pemerintah terkait pengolahan limbah cair di desa setempat menjadi biogas. “Namun prosesnya itu tidak bisa maksimal diubah menjadi biogas. Airnya masih banyak mengandung kaporit,” urai dia.

Bantuan kembali datang pada 2007. Saat itu, Desa Daleman mendapat bantuan guna memproses limbah padat pati onggok menjadi briket. Hanya, proses produksi yang tinggi menjadikan pengolahan limbah itu tak bisa dilanjutkan.

Terkait bantuan dari Denmark, Mursito menjelaskan sudah ada penelitian sejak 2013. Salah satu tujuan penelitian itu untuk mencari proses pengolahan air yang mengandung banyak kaporit hingga diubah menjadi biogas.

Pembangunan instalasi pengolahan limbah cair memanfaatkan tanah kas desa seluas 800 meter persegi. Proyek pembangunan dilakukan menggunakan dana bantuan dari Denmark yang diperkirakan senilai Rp10 miliar-Rp13 miliar. Biogas yang dihasilkan dari pengolahan limbah diperkirakan bisa dimanfaatkan 2.000 keluarga.

Ditargetkan, proyek pembangunan instalasi pengolahan limbah rampung pada 2018. “Harapan kami permasalahan limbah bisa teratasi. Biogas yang dihasilkan bisa untuk mengembangkan BUM desa kami melalui pengelolaan biogas yang menyambung ke rumah tangga,” katanya.

Salah satu pengelola usaha pati onggok, Warsito, 55, mengatakan produksi pati onggok tergantung kualitas bahan baku. “Kalau barangnya bagus, hasilnya bisa sampai 2,5 ton/hari. Kalau kualitasnya jelek sekitar 5 kuintal,” urai dia saat ditemui di rumahnya Dukuh Margoluwih, Desa Daleman.

Ia mengatakan upaya mengelola limbah usaha pati onggok sudah berulang kali dilakukan. Hanya, sampai saat ini permasalahan limbah tak kunjung kelar. Ia pun sepakat rencana pengelolaan limbah cair usaha pati onggok menjadi biogas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya