SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Sejumlah Paguyuban tukang becak yang ikut aksi demonstrasi menolak penetapan raja Keraton Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur DIY pada Kamis (6/10) lalu, mengaku menyesal karena telah dibohongi.

Sejumlah perwakilan paguyuban tukang becak yang biasa mangkal di Malioboro itu, Minggu (9/10) mendatangi Posko Ijab Qabul yang mendukung penetapan Sultan sebagai Gubernur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ngatino, salah satu tukang becak mengungkapkan, mereka tak sadar telah dimobilisasi dan dibohongi oleh seseorang yang tak mereka kenal untuk berunjuk rasa menolak Sultan sebagai Gubernur. Menurutnya, mereka tak mengatahui bila ternyata aksi yang dipimpin Koordinator Lapangan (Korlap) Arifin Wardiyanto itu bukan untuk mendukung penetapan.

Ia menceritakan, pada hari H, ada seseorang yang tak dikenal mendatangi para tukang becak di Malioboro. Awalnya orang yang tak diketahui namanya itu mengajak konvoi becak. Sebanyak sembilan orang tukang becak lalu dikumpulkan di kantor pos. Masing-masing diberi Rp50.000 dan kebetulan para tukang becak sepakat memakai pakaian surjan.

Namun saat aksi di Alun-Alun Utara, ternyata diketahui ada kejanggalan saat wartawan mengatakan tujuan aksi yang disampaikan juru bicara demonstrasi berbeda dengan yang dimaksud massa. Namun tetap saja mereka tak protes. Barulah esok harinya para tukang becak sadar setelah membaca berita di koran.

“Memang hari itu ada wartawan nanya, anda mendukung pemilihan atau penetapan, saya jawab penetapan, kok beda dengan tujuan aksi yang disampaikan korlap, makanya waktu itu kami sudah curiga, kami juga nggak kenal dengan korlapnya,” ujar Ngatino.

Susanto tukang becak lainnya mengatakan, ada sembilan tukang becak yang ikut aksi tersebut. Di luar puluhan massa lainnya yang tak diketahui asalnya. Setelah tahu kejadian sebenarnya, para tukang becak merasa takut dan mengklarifikasi kejadian itu lewat Posko Ijab Qabul.

Padahal kata Susanto, saat aksi berlangsung, para tukang becak diantarnya ada yang memakai kaos bertuliskan penetapan, hanya tertutup oleh baju surjan. “Namanya kami orang kecil kaya gini kan biasa diajak konvoi mau, asal ada uang rokok. Tapi kalau kami tahu ternyata bukan mendukung penetapan dibayar berapapun kami nggak mau,” tuturnya.

Korlap Posko Ijab Qabul, Wiwin Winarko mengatakan, pihaknya tak masalah bila ada massa yang tak mendukung penetapan, namun menurutnya tak dapat dibenarkan bila ternyata membohongi para tukang becak dalam aksinya.

“Kami enggak masalah ada yang tidak mendukung penetapan, aspirasi yang berbeda pun harus dihormati,” ujarnya.

Sedangkan Arifin Wardiyanto hingga berita ini diturunkan belum bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi. Namun Arifin sebelumnya menyatakan aksi itu sudah dikoordinasikan, saat ditanya wartawan tujuan aksi yang bertentangan dengan yang dipahami massa tukang becak.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya