SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JAKARTA</strong> — Partai Demokrat kian menunjukkan keinginan mengusung calon sendiri di Pilpres 2019. Partai berlambang mercy itu mengaku membutuhkan figur calon presiden atau calon wakil presiden yang dapat memberi dampak elektoral ketimbang larut dalam polarisasi dua koalisi, Joko Widodo (Jokowi) atau <a href="http://news.solopos.com/read/20180503/496/914151/survei-indikator-jokowi-60-vs-prabowo-39" target="_blank">Prabowo Subianto</a>.</p><p>Wakil Sekretaris Jenderal DPP Demokrat Didi Irawadi Syamsudin meyakini elektabilitas partai di Pemilu 2019 ditentukan oleh figur capres atau cawapres yang diusung. Apalagi, kontestasi memilih RI-1 dan RI-2 digelar bersamaan dengan Pemilu Legislatif 2019.</p><p>&ldquo;Ini pemilu serentak. Figur yang diusung akan mempengaruhi suara legislatifnya,&rdquo; katanya di Jakarta, Sabtu (5/5/2018).</p><p>Didi berkaca dari sejumlah survei yang menyebutkan bahwa penguasa sementara klasemen elektabilitas parpol adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra. PDIP kecipratan dampak elektoral dari kandidat bakal capres <a href="http://news.solopos.com/read/20180414/496/910418/masuk-the-muslim-500-jokowi-dinilai-diakui-dunia-islam" target="_blank">Joko Widodo</a>, sementara Gerindra ketiban efek Prabowo Subianto.</p><p>Selain PDIP dan Gerindra, imbuh Didi, parpol lain belum mampu menghimpun suara signifikan karena tidak memiliki jagoan sendiri. Jangan sampai, kata dia, parpol larut dalam dua poros tetapi kelak terjerembab di Pileg 2019.</p><p>&ldquo;Kalau partai yang ada hanya mengekor, sekadar rame-rame dukung, yang diuntungkan dua partai itu saja,&rdquo; ujarnya.</p><p>Demokrat pun menyiapkan sejumlah figur yang potensial maju di Pilpres 2019. Mereka adalah mantan Calon Gubernur DKI Jakarta <a href="http://news.solopos.com/read/20180506/496/914676/citra-di-mata-publik-jokowi-merakyat-prabowo-militer-ahy-anak-sby" target="_blank">Agus Harimurti Yudhoyono</a> (AHY), Gubernur Jawa Timur Soekarwo, hingga Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi.</p><p>&ldquo;Majelis Tinggi Demokrat terus menggodok karena kami ingin memberikan ruang demokrasi terbaik. Walaupun ada banyak spanduk Mas AHY, bukan berarti tidak membuka peluang calon lain,&rdquo; tutur Didi.</p><p><strong>Teka-Teki SBY</strong></p><p>Sejauh ini, manuver Partai Demokrat pimpinan SBY masih sulit ditebak. Jika sebelumnya kehadiran Jokowi di Rapimnas Partai Demokrat pada Minggu (11/3/2018) lalu dianggap sebagai sinyal merapatnya Demokrat ke kubu Jokowi, kini semuanya tampak kabur.</p><p>Direktur Eksekutif Riset Indonesia,&nbsp;Toto Sugiarto,&nbsp;mengatakan bahwa koalisi yang tambun tersebut menyebabkan kubu Jokowi enggan menerima partai pendukung baru seperti Demokrat. Selain itu, dia juga meragukan Jokowi mau bergandengan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pemilu 2019.</p><p>&ldquo;Saya belum berpikir bahwa akan ada koalisi antara kubu Joko Widodo dan Demokrat,&rdquo; ujarnya, Minggu (22/4/2018).</p><p>Menurutnya,&nbsp;<a href="http://news.solopos.com/read/20180418/496/911236/wiranto-bertemu-sby-pengamat-jokowi-ingin-cegah-poros-ketiga" target="_blank">koalisi yang tambun</a>&nbsp;bisa merepotkan Jokowi jika kembali berhasil meraih kursi Presiden Republik Indonesia untuk kali kedua. Pasalnya,&nbsp;berkaca dari periode kedua kepemimpinan SBY,&nbsp;kepentingan-kepentingan dari anggota koalisi harus diakomodasi setelah kontestasi berakhir.</p><p>Sebelumnya, berbagai kalangan memperkirakan Partai Demokrat akan merapat ke kubu Jokowi. Prediksi itu&nbsp; setelah pengadilan memerintahkan pengusutan kembali perkara pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) Bank Century sebesar Rp6,7 triliun.</p><p>Mantan anggota DPR&nbsp;Djoko Edhi Abdurrahman&nbsp;mengatakan bahwa yang menjadi sasaran penyidikan perkara ini adalah Boediono. Jika penyidikan berjalan dan Boediono mulai membeberkan berbagai kronologi perkara ini, maka katanya, SBY bakal ikut terseret. Hal itu dimungkinkan karena kasus&nbsp;bailout&nbsp;<a href="http://news.solopos.com/read/20180412/496/910017/perintahkan-kpk-jadikan-boediono-tersangka-putusan-pn-jaksel-dinilai-aneh" target="_blank">Bank Century</a>&nbsp;terjadi di masa kepemimpinan SBY.</p>

Promosi Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya