SOLOPOS.COM - Gedung Pusat UGM Yogyakarta (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demo UGM digelar sebagai bentuk ketidakpuasan atas pemilihan Dekan Fakultas Hukum

Harianjogja.com, JOGJA – Para dosen Fakultas Hukum UGM melakukan aksi susulan yakni berdemonstrasi ke Balairung, Kamis (15/9/2016), sebagai bentuk dukungan protes mahasiswa terhadap proses pemilihan Dekan Fakultas Hukum.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Para dosen datang dengan membawa spanduk bertuliskan dukungan terhadap Sigit Riyanto. Mereka juga membawa balon udara warna hitam sebagai ungkapan duka cita atas kematian demokrasi di kampus yang sudah mendunia itu.

Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskat) UGM Zaenal Arifin Mohytar juga bergabung dalam aksi itu. Para dosen menegaskan, agar aspirasi mereka dalam pemilihan dekan tidak dikebiri oleh proses yang menghasilkan dekan berbeda.

Para dosen menyatakan pilihan mereka terhadap Sigit Riyanto sebagai Dekan FH telah dilakukan secara adil dan demokrastis.

“Sehingga semestinya tidak diubah begitu saja oleh pihak rektorat,” papar koodinator aksi para dosen Wahyuyun Santosa mengungkapkan pernyataannya.

Beragam fakta mencengangkan pun dia ungkap. Fakta tersebut antara lain, 60 orang atau setara 65% mendukung Sigit Riyanto. Mereka mengajukan sanggahan serta kembali mengajukan dukungan kepada Sigit.

Kemudian, delapan dari 11 departemen di FH UGM atau setara 70% mengajukan Sigit sebagai calon dekan. Dalam proses itu, tiga departemen menyatakan abstain, dan satu departemen mengusulkan dua nama, yakni Sigit Riyanto dan Linda Yanti.

Dalam proses di tingkat fakultas, Sigit memperoleh tujuh suara, sementara Linda cuma mendapat dua suara.

Kemudian berdasarkan pemeringkatan di Senat Fakultas Hukum, Sigit mendapat nilai 3389 sementara Linda 3120. Dari 38 anggota senat yang memberikan suara, satu orang menyatakan abstain. Sebanyak 25 orang atau 65% memberikan dukungan pada Sigit dan 12 orang memberikan suara pada Linda.

“Tapi tim seleksi di tingkat universitas membalik hasilnya dengan memberi nilai Sigit cuma 88,66. Sedangkan calon urutan kedua 90,72. Ini yang janggal dan mematikan proses demokrasi,” imbuh Wahyuyun dalam keterangannya.

Proses seleksi dekan dengan model seperti ini juga baru kali pertama dilakukan di UGM. Sebelumnya proses pemilihan dekan dilakukan secara otonomi masing-masing fakultas. Pihak rektorat hanya tinggal menyetujui sekaligus menetapkan apapun hasil di tingkat fakultas.

Dalam kesempatan terpisah Kepala Bagian Humas UGM Iva Aryani menyampaiakan, saat ini proses seleksi pemilihan dekan belum pada tahap final.

“Ini proses seleksi masih berjalan. Masalah dinamika dalam seleksi hal biasa. Kita belum bisa beri komentar. Kita ikuti dulu perkembangannya. Yang namanya seleksi pasti ada setuju dan tidak setuju, itu wajar,” papar Iva.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya