SOLOPOS.COM - Ratusan warga enam desa sekitar pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM), Plesan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, dan mahasiswa menggelar aksi di depan pabrik tersebut, Kamis (30/11/2017). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Ratusan warga dari enam desa  di  Nguter, Sukoharjo, kembali berdesa soal  bau tak sedap dari PT RUM.

Solopos.com, SUKOHARJO — Ratusan warga dari enam desa di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, kembali berunjuk rasa di PT Rayon Utama Makmur (RUM), Desa Plesan, Nguter, Kamis (30/11/2017). Keluhan mereka masih sama yakni soal bau busuk yang diduga dari limbah proses produksi pabrik tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah sempat menghilang seusai didemo, akhir Oktober lalu, bau busuk dari pabrik yang memproduksi serat rayon atau kapas sintetis itu kembali mengganggu warga. Warga mengancam memblokade jalan apabila bau limbah itu tak segera diatasi. (Baca: Ratusan Warga 3 Desa di Nguter Pertanyakan Bau Limbah PT RUM)

Ratusan warga yang mengikuri demo itu berasal dari Plesan, Celep, Gupit, Pengkol, Serut dan Juron. Dalam aksi itu ratusan warga tertahan di pintu masuk pabrik, tidak seperti aksi Oktober lalu di mana warga bisa masuk ke area dekat kantin pabrik.

Akhirnya warga menempelkan spanduk di pagar pintu masuk maupun pagar pabrik. Spanduk itu di antaranya berbunyi “Ada PT RUM Untuk Kesejahteraan Masyarakat bukan Ada PT RUM untuk Kesengsaraan Masyarakat”, “Selamarkan Anak Cucu kita Dari Dampak Limbah PT RUM”, “Save Tawang, Gupit, Plesan, Celep” dan sebagainya.

Koordinator aksi, Tri Wahyudi, mengakui ada warga desa sekitar pabrik yang bekerja di PT RUM. Namun, ujarnya, bau limbah dari PT RUM membuat warga pusing dan tidak bisa tidur. Menurutnya, bau limbah itu mengganggu warga Desa Celep, Juron, Plesan, Gupit, Serut dan Pengkol. (Baca: Pabriknya Didemo karena Cemari Limbah PT RUM, Ini Penjelasan Presdir PT RUM)

“Kami hanya menuntut agar bau tak sedap tidak keluar dari pabrik PT RUM. Kami juga meminta nota kesepakatan yang sudah ditandatangani saat demo pertama ditindaklanjuti.”

Tri menyatakan hingga sekarang kesepakatan itu belum dipenuhi oleh manajemen pabrik. Apabila aksi kedua ini tidak ditindaklanjuti juga, mereka akan memblokade jalan masuk PT RUM.

Peserta aksi, Tanto, mengatakan bau limbah membuat dirinya dan keluarganya tidak nyaman. Dia mengaku sulit tidur semenjak bau limbah menebar di udara. “Anak kami kesulitan bernapas karena bau limbah.”

Tanto meminta pimpinan PT RUM tidur di rumah warga agar ikut merasakan baunya. Menurutnya, semenjak PT RUM ada masyarakat belum merasakan manfaat. “Masyarakat justru mendapatkan bau tidak sedap.” (Baca: Bau Tak Sedap Kembali Ganggu Warga Sekitar Pabrik PT RUM)

Pantauan Solopos.com, sekitar pukul 12.00 WIB, massa sudah meninggalkan lingkungan pabrik. Namun, puluhan mahasiswa masih duduk-duduk di pelataran depan pabrik membentuk lingkaran. Mahasiswa mengenakan jaket almamater dan sebagian memegang bendera.

Direktur Umum PT RUM Mochamad Rachmat menyanggupi semua keinginan warga. Dia menjelaskan analisis dampak lingkungan (Amdal) sudah dipenuhi. Sedangkan alat detektor limbah sudah dipesan dan didatangkan dari Jakarta.

Menurutnya, pemesanan alat detektor limbah tidak semudah membalik tangan. “Harus inden atau pesan terlebih dahulu. Tidak bisa hari ini pesan langsung datang.”

Lebih lanjut, Rachmat bercerita dana coorporate social responsibility (CSR) akan dipenuhi apabila pabrik sudah beroperasi secara normal. “Pengecekan kesehatan kepada warga sudah dilakukan. Kami sanggupi keinginan warga. Perbaikan pipa air sudah diusahakan tetapi terkendala cuaca. Air yang keluar dari pabrik sudah sesuai baku mutu dan tidak berbahaya.”

Pada bagian lain, dia memahami dan mengerti apa yang dirasakan masyarakat sekitar pabrik sehingga secara bertahap tuntutan warga akan dipenuhi. Kasi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo, Harjanti, menjelaskan hasil uji laboratorium terhadap sampel air limbah PT RUM sesuai baku mutu. “Hasilnya [air limbah] sesuai baku mutu dan Ph yang dipersyaratkan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya