SOLOPOS.COM - Seribuan orang perewakilan berbagai elemen masyarakat di Soloraya mengikuti long march dari Plaza Sriwedari hingga bundaran Gladak sebagai aksi solidaritas menolak segala bentuk terorisme di Kota Solo, Senin (11/7/2016) mulai pukul 10.00 WIB. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Demo Solo digelar ribuan orang untuk menunjukkan Solo aman.

Solopos.com, SOLO – Seribuan orang perewakilan berbagai elemen masyarakat di Soloraya mengikuti long march dari Plaza Sriwedari hingga bundaran Gladak sebagai aksi solidaritas menolak segala bentuk terorisme di Kota Solo, Senin (11/7/2016) mulai pukul 10.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masa aksi berjalan dengan membentuk barisan rapi. Mereka turun ke jalan dengan mengenakan seragam kebesaran masing-masing. Selain membawa bendera masing-masing, masa aksi juga membentangkan spanduk bertuliskan beberapa seruan, seprti “Solo Aman Tanpa Teroris”, “Seluruh Elemen Soloraya Mengutuk dan Siap Melawan Aksi Teror”, dan “NKRI Harga Mati Teroris Musuh Bersama”.

Aksi long march seribuan orang tersebut sempat membuat Jl. Slamet Riyadi macet. Setelah sampai bundaran Gladak dan melaksanakan orasi, mereka bahkan menutup arus lalu lintas Jl. Slamet Riyadi menuju ke arah Jl. Pakubuwono atau Alun-alun Utara (Alut) Keraton Solo. Saat ditemui di bundaran Gladag, koordinator lapangan (korlap) aksi long march, Kusumo Putro, mengatakan aksi kali ini sebagai upaya menunjukkan kepada khalayak bahwa Solo sebenarnya kondusif.

“Aksi ini sebagai bukti kebersamaan kami dari berbagai elemen masyarakat yang ingin dan peduli terhadap negara yang sudah merdeka ini. Kami bersama-sama membuktikan bahwa Solo kondusif. Kami ingin menunjukkan ke masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, bahkan dunia bahwa Solo adalah kota yang rukun,” kata Kusumo.

Kusumo menyampaikan aksi terorisme yang terjadi di Mapolresta Solo pada Selasa (5/7/2016) lalu telah melukai hati seluruh warga Solo. Dia menilai, rasa toleransi, keramahan, dan keberagamaan yang selama ini telah melekat menjadi jati diri Kota Solo seketika berubah sejak terjadi aksi terorisme di Solo pekan lalu. Kusumo menyebut Solo mendadak jadi terkenal ke berbagai belahan negeri, bukan karena kesan positif, melainkan pesan ketakutan dari sebuah aksi terorisme.

“Kami dari beberapa elemen masyarakat, antara lain MTA, Sentra Komunikasi [Senkom] Mitra Polisi, Front Pembela Pancasila [FPP], gabungan aliansi LSM, Banser, SH Terate, dan organisasi lain bergabung untuk menyatakan sikap bersama. Kami mengutuk dengan tegas segala bentuk aksi radikalisme dan terorisme di Soloraya. Aksi radikalisme maupun terorisme adalah perbuatan biadab dan tidak diajarkan oleh agama apa pun,” tutur Kusumo.

Kusumo menegaskan seluruh elemen masyarakat yang ikut dalam aksi siap melawan segala bentuk aksi radikalisme dan terorisme di Soloraya. Selain itu, masa aksi mendukung sepenuhnya kepada negara untuk mendindak tegas aksi radikalisme dan terorisme. Dia meminta masyarakat bersatu padu melawan pesan teror dengan semangat nasionalisme.

Kusumo menyampaikan peryantaan sikap yang diserukan dalam aksi akan disampaikan pula kepada pihak kepolisian. Dia mengajak masyarakat bergerak bersama-sama untuk menyampaikan pesan moral kepada khalayak bahwa warga Solo khususnya, tidak takut dan siap melawan radikalisme dan terorisme.

Salah seorang warga Wonogiri yang menyaksikan aksi di bundaran Gladak, Sugeng Raharjo, 46, mendukung aksi dari berbagai elemen masyarakat yang turun ke jalan tersebut untuk menolak segala bentuk aksi terorisme. Dia berharap pihak berwajib semakin bersemangat untuk bisa segera meringkus jaringan teroris yang cukup meresahkan warga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya