SOLOPOS.COM - Aksi Unjuk Rasa Thailand. (Daily Mail)

Solopos.com, BANGKOK — Puluhan ribu orang di Bangkok turun ke jalan pada Kamis (15/10/2020). Aksi turun ke jalan ini untuk menentang larangan yang diumumkan sebagai bagian dari tindakan keras terhadap protes pro-demokrasi. Selain itu demo ini bertujuan untuk menggulingkan Perdana Menteri dan pembatasan monarki kerajaan Thailand.

Thailand Dibombardir Demo Berbulan-Bulan, Apa Pangkalnya?

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dilansir The Guardian, Sabtu (17/10/2020), Perdana Menteri Thailand mengumumkan keadaan darurat parah pada Kamis pagi. Dekrit ini dikeluarkan untuk menangani pengunjuk rasa yang melakukan protes selama tiga bulan. Aksi ini adalah salah satu demo terbesar yang terjadi di Bangkok.

Pemerintah Thailand juga telah melarang pertemuan lima orang atau lebih dan pembatasan publikasi atau media online yang dapat mempengaruhi keamanan nasional.

Walaupun pihak berwenang telah mengumumkan dekrit yang melarang protes, tetapi 10.000-an demonstran turun ke jalan Bangkok pada Kamis (15/10/2020). Mereka menyerukan pembebasaan puluhan aktivis yang ditangkap oleh polisi selama sepekan terakhir.

Diantara mereka yang ditangkap adalah pengacara hak asasi manusia Anon Nampa, Aktivis Prasit krutharote, dan pemimpin aksi mahasiswa Parit Chiwarak (penguin), Panusaya Sithijarattankul (Rung) dan Nathchanon Pairoj.

Buntut Aksi di Balai Kota Solo: 148 Pemuda Diduga Penyusup Ditangkap, 37 Sekolah di Soloraya Disurati Polresta

Pantauan Demo Thailand

Menurut Human Right Watch, tindakan darurat ini memungkinkan polisi untuk menahan pengunjuk rasa tanpa dakwaan hingga 30 hari, tanpa akses pengacara atau keluarga.

Disisi lain kelompok protes pemuda, yang mengorganisir pertemuan pada Kamis (15/10/2020), menyebut penangkapan itu sebagai aksi kekerasan tanpa legitimasi.

“Di bawah negara demokrasi sejati, demonstrasi adalah hak dasar. Tidak ada yang boleh ditangkap karena mereka mengatakan kebenaran,” kata kelompok itu. Menurut mereka penangkapan itu untuk melanggengkan kekuasaan otoriter negara, bukan untuk kebaikan rakyat.

Gerakan protes tersebut sudah berlangsung sejak Juli yang dipimpin para pemuda Thailand. Tuntutan awal mereka berfokus pada seruan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan Ocha. Ia merupakan mantan panglima militer yang memimpin kudeta pada 2004.

Dia dikembalikan sebagai perdana menteri dalam pemilihan kotroversial tahun lalu. Sejumlah aktivis mengatakan bahwa dirinya memanipulasi suara agar bisa tetap memegang kendali militer. Namun tuduhan tersebut dibantah olehnya.

Tolak Demo Anarkistis, Seniman Jaran Kepang Lakukan Ini

Reformasi Kerajaan

Tapi sekarang gerakan protes tersebut memperluas tujuannya untuk membatasi kekayaan dan kekuasaan keluarga kerajaan. Sebuah Lembaga yang terlindung dari kritik oleh undang-undang pencemaran nama baik yang keras.

Dilaporkan seruan untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand. Kritik terhadap sistem monarki dapat dihukum dengan hukuman yang lama.

Salah satu ciri protes Thailand saat ini, dipimpin oleh mahasiswa dan kaum muda lainnya. Sebagian besar pemimpin protes berusia 20-an. Dilaporkan siswa sekolah juga ikut dalam aksi unjuk rasa tersebut dan menggunakan lakban, untuk menutupi tanda pengenal pada seragam sekolah mereka.

Saat unjuk rasa hari Rabu (14/10/2020), iring-iringan mobil kerjaan melewati kerumunan massa, Para pengunjuk rasa meneriakkan tentang pajak kepada iring-iringan mobil itu. Mereka juga memberikan penghormatan tiga jari secara simbolis, sebagai sikap menantang yang diadaptasi dari novel dan film Hunger Games.

Awal Mula Klaster Demo di Semarang hingga 11 Positif Covid-19

Pengguna Internet saat ini juga melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengakses Change.org, yang mengadakan petisi untuk menyerukan agar Raja Maha Vajiralongkorn dinyatakan sebagai persona non grata di Jerman. Raja dikriktik oleh pengunjuk rasa karena menghabiskan sebagian besar waktunya di Eropa. Petisi tersebut telah menarik lebih dari 115.000 tanda tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya