SOLOPOS.COM - Sejumlah mahasiswa melakukan unjuk rasa Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, Rabu (20/5/2015). Aksi tersebut meminta pemerintah untuk menjadikan momentum kebangkitan Nasional menuju Indonesia berdaulat, mandiri dan berkepribadian. (JIBI/Solopos/Antara/M Agung Rajasa)

Demo Mei 2015 digelar di berbagai daerah. Di Semarang aksi demo mahasiswa sempat terjadi kericuhan.

Solopos.com, SEMARANG — Puluhan mahasiswa menggelar demonstrasi memperingati Hari Kebangkitan Nasional di depan Kantor DPRD Jawa Tengah (Jateng), Jl. Pahlawan, Kota Semarang, Rabu (20/5/2015).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jalannya demonstrasi disertai dengan pembakaran ban bekas tersebut dan memasang spanduk bertuliskan Turunkan Joko Widodo di gerbang pintu masuk gedung Dewan diwarnai penghinaan terhadap profesi wartawan.

Salah seorang pengunjuk rasa mengenakan jaket almamater Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, bernama Ari melontarkan ucapan, ”Wartawan jangan buat berita dobol [bohong].”

Ucapan itu kontan membuat emosi puluhan wartawan dari media cetak dan elektronik yang meliput jalannya aksi tersebut. Para jurnalis pun meminta pertanggungjawaban pernyataan tersebut. “Maskud pernyatan Anda dengan menuduh wartawan membuat berita dobol apa?” tanya Fahmi Maulanan salah seorang wartawan dengan nada emosi.

Namun, saat Ari hendak dimintai menjelaskan terkait penyataan itu sejumlah mahasiswa Unisulla tidak terima, sehingga sempat terjadi kericuhan dan nyaris terjadi adu fisik dengan wartawan.

Keributan Direda

Keributan berhasil direda setelah aparat Polrestabes Semarag yang mengamankan jalannya unjuk rasa menengahi kedua belah pihak. Serta meminta kepada Ari untuk menjelaskan kepada wartawan. “Saya tadi kilaf dan mohon maaf kepada para wartawan,” ujar pria bertubuh tambun itu.

Perwakilan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Cabang Semarang yang ikut dalam demonstrasi juga meminta maaf kepada wartawan atas terjadi insiden tersebut. Pengunjuk rasa kemudian membubarkan diri, meninggalkan Gedung DPRD Jateng.

Menanggapi kejadian ini, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng, Isdiyanto menyesalkan tindakan pelecehan profesi jurnalis yang dilakukan mahasiswa.

Mahasiswa sebagai kaum intelektual, sambung dia, semestinya tidak pantas mengeluarkan penyataan yang merendahkan profesi jurnalis yang dilindungi undang-undang. “Kami sangat menyesalkan sikap mahasiswa ini. Bila memang ada pelanggaran hukum, tidak menutup kemungkinan akan dibawa ke ranah hukum,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya